Mengenyam Kelam

Gia Oro
Chapter #3

Riak Kelam

Sebaris unggahan di sebuah media sosial berlogo siluet seekor burung terbang, dan hanya satu-satunya itu saja status yang telah diunggah oleh sang pemilik akun dengan nama pengguna Mangifera Indica. Cukup membuatnya tercenung. Cukup membuatnya kembali mempertanyakan esensi dari suatu hal atau topik yang selama ini dijauhi bahkan dibencinya.

Benaknya bak berpilin mundur pada insiden masa putih biru yang tercederai. Bahkan sebenarnya bukan sekali dua kali selalu berkelebat insiden tersebut melintas dari tepian ingatannya, namun ada yang seakan-akan perlu dikulik dari apa yang dirasakannya atas apa yang dialaminya. Di masa putih biru itu ia menghujat Tuhan, karena tiada yang menolongnya, sementara cedera jiwa yang dirasakannya sangat pekat. Akan tetapi Mama Papa lebih memilih memintanya menyembunyikan karena merasa apa yang dialaminya adalah aib besar.

Adapun Gabriel, sosok yang lima tahun lebih dulu lahir dari rahim yang sama dengannya, sang Abang rupanya juga diminta untuk membungkam insiden yang dialami Daniel sang adik. Tidak hanya itu, yang membuat Daniel semakin jijik pada kedua orangtuanya adalah kehadiran Samuel sang adik yang terlahir dengan ketidakmampuan mendengar. Samuel yang lahir tiga tahun setelahnya lebih sering dilarang Mama Papa bermain dengan tetangga dan banyak keluarga besar oleh karena keterbatasan sebagai tunarungu. Bisik-bisik dari beberapa tetangga dan sebagian keluarga besar tiap si bungsu bersekolah ke SLB, mengandung ejekan yang sudah dipastikan merupakan penyebab Mama Papa merasa malu dengan kehadiran Samuel.

Daniel sempat bertanya-tanya dalam benaknya lebih parah mana kondisinya yang diabaikan karena seharusnya Mama Papa melaporkan insiden yang dialami pada pihak berwajib, atau mungkin lebih memprihatinkan kondisi Samuel yang juga diabaikan karena keterbatasan fisik. Hingga seiring kemudian ia berpikir bahwa tiada yang lebih parah, ia dan sang adik sama-sama memiliki jeritan yang tidak terdengar.

Masih belum lepas rasa jijik Daniel terhadap kedua orangtuanya yang begitu memuji paras tampannya, di saat Samuel justru dianggap beban karena Mama Papa sendiri yang malas belajar bahasa isyarat. Berulang kali ia meminta maaf pada Gabriel dan Samuel karena hanya ulang tahunnya yang dirayakan, yang kemudian mendorong Daniel untuk memberikan hadiah di hari ulang tahun sang Abang dan sang adik.

Sama sekali tiga bersaudara itu tidak menunjukkan pembangkangan, meski dirasakan mereka adanya pilih kasih. Selain tentunya karena insiden yang membuat Daniel trauma, Daniel tidak tahu bagaimanalah Abang dan adiknya memiliki jeritan yang mengakari jiwa, namun sangat dirasakan dirinya sering menghujat Tuhan sampai membenci pelajaran atau hal-hal tentang agama kecuali sekadar teori di sekolah.

Sempat berpikir ingin menilik agama lain, namun tetap saja melintas di benaknya bahwa bila benar Tuhan sungguh ada maka seharusnya pertolongan itu ada. Daniel kemudian hanya berdoa bila berada di rumah saat bersama-sama, namun sejak menemukan pekerjaan resminya ia memilih bertempat tinggal di sebuah indekos—sebelum kemudian beralih ke apartemen dari hasil mengenyam kelamnya—demikian membuatnya bebas untuk tidak melakukan ritual apa pun yang mengandung hal-hal perkara ibadah. Diam-diam ia menahan jijik pada siapa pun dari agama mana pun yang terlihat religius, mengira mereka adalah orang-orang yang tertipu akan adanya Tuhan.

Akan tetapi hal berbeda sangat dirasakan dari sanubarinya tatkala menemukan sebuah akun warganet dengan nama pengguna Mangifera Indica. Nama akunnya saja sempat membuatnya tergelitik, karena Mangifera Indica adalah nama latin dari buah mangga dalam pelajaran biologi. Sangat diyakininya nama pengguna itu bukan nama asli dari sang pemilik akun. Tidak sengaja ditemukannya akun itu saat sedang senggang membaca unggahan status dari sebuah akun yang ia ikuti, dan kemudian melihat-lihat komentar para warganet termasuk di antaranya ada komentar dari Mangifera Indica. Sebuah nama yang membuatnya tergerak ingin mengunjungi akun tersebut.

Daniel sempat tercenung membaca satu-satunya unggahan dari akun Mangifera Indica itu, seperti ada yang seakan-akan ingin mengetuk-ngetuk batinnya. Membuatnya kembali mempertanyakan kembali dirinya yang sempat menghujat Tuhan sampai membenci segala tentang hal-hal yang berkaitan dengan agama. Namun kini sesuatu benar-benar membuatnya seolah-olah ada yang ingin terhubung antara dirinya dengan unggahan satu-satunya Mangifera Indica tersebut.

"Meski ada pesan tersirat dari kisah tokoh agama yang bunuh diri (padahal sering ceramah tentang jangan putus harapan dari Tuhan), tapi apakah salah bila aku bertanya berapa harga satu ginjal?"

Lihat selengkapnya