Jumpa dengan lelembut beberapa kali diakui oleh orang-orang yang berada di sekitar gedung itu. Terlihat terbengkalai dengan beberapa tumbuhan liar di sana. Masalah perizinan dan sebagian dana yang dikorupsi menjadi musabab terhentinya pembangunan. Akan tetapi desas-desus tentang sosok tak kasat mata di sana tanpa diketahui orang-orang sekitar justru menguntungkan bagi para pemilik nurani kelam kala malam memayungi.
Daniel pertama kali diajak ke sana pada akhir masa kuliahnya setelah ia menjadi seorang saksi mata atas sebuah pembunuhan di depan matanya. Rupanya aksi pemisahan raga dan nyawa yang diamati oleh rekan-rekan sang pembunuh, yang kemudian segera membekap Daniel—yang ketika itu dirundung duka atas kematian piaraan sang adik.
Begitu siuman dari ketidaksadaran diri, Daniel sudah berada di dalam sebuah ruangan yang sekitarnya terlihat terawat, sebelum kemudian diketahuinya bahwa ia berada di sebuah gedung yang kelihatan angker bilamana dilihat dari luar. Ia hanya menunduk murung saat ditanyai banyak hal. Binatang peliharaan Samuel yang merupakan kado ulang tahun darinya dan Gabriel sang abang, di depan mata digilas kendaraan roda empat, sangat begitu memenuhi benaknya daripada syok atas pembunuhan manusia yang tidak sengaja tertangkap basah oleh matanya. Salah seorang di gedung itu lantas memperlihatkan hal-hal mengerikan berupa potongan-potongan tubuh manusia di ruangan lain. Tatapannya sempat nanar, namun kemudian seulas senyum mengerikan terbit. Orang-orang di sana yang semula bingung mulai memahami akan memperlakukan Daniel seperti apa dan bagaimana.
Sejak itu, sambil membayangkan penggilas piaraan Samuel, Daniel bersedia meski dengan pada awalnya gemetar untuk diajari mengeksekusi mayat-mayat yang masih hangat. Bukan hal yang mudah bagi Daniel saat pertama kali bertindak. Namun sembari turut berkelebat rasa geram pada Mama Papa atas insiden yang dialaminya tidak diusut ke pihak berwajib, Daniel semakin terlatih untuk menyingkirkan perasaan tidak tega dan jijiknya manakala jalankan tugas gelapnya. Terkadang ia mendapat teguran saat sedang memutilasi, karena buat kesalahan akibat dirinya dikuasai kegeraman terhadap Mama Papa dalam bayangan benaknya.
Hasil kerja gelapnya untuk mengangkat organ-organ tubuh para mayat itu cukup untuknya membeli sebuah mobil dan sebuah apartemen supaya tidak tiap hari melihat wajah Mama dan Papa. Meski bukan ia yang memburu para korban, dirasakannya alami gangguan dari makhluk alam lain. Tidak begitu dipedulikannya, karena ia merasa para makhluk itu tidak tahu apa-apa tentang apa yang dirasakannya dari sejak kecil. Hal sama dirasakan oleh para rekannya, termasuk mereka yang memburu dengan menyamar sebagai orang gila, pengemis bohongan, sampai pedagang keliling bohongan.
Suatu ketika berkelebat dalam benak Daniel bila yang ia eksekusi adalah orang-orang yang melukai jiwanya, kabar duka diterimanya dari Gabriel sang abang. Wanita yang melahirkan mereka telah mencapai di batas usia, Daniel yang seharusnya saat itu menjalankan operasi mengangkat organ tubuh tiba-tiba melolong dan berputar-putar sampai membenturkan diri ke dinding. Para rekan berusaha menenangkannya, dikhawatirkan orang-orang di luar gedung mencurigai ada manusia di dalam—meski dalam gedung sudah dilapisi dinding kedap suara. Seorang penanggung jawab mengizinkan Daniel pulang setelah kabar kematian diberi tahu pada lainnya.
Tidak hanya cuti untuk masa duka dari pekerjaan gelap, cuti dari pekerjaan resmi pun dijalani Daniel. Hanya saja, pada beberapa hari dalam masa duka Daniel mengetahui bahwa ia tengah diawasi dari orang-orang gelapnya seakan-akan khawatir Daniel berubah pikiran usai kematian sang Mama, berupa pengkhianatan. Mulanya tidak begitu menjadi pikiran, karena dirinya lebih banyak termenung oleh tidak menyangka adanya pikiran bilamana Mama dan Papa menjadi orang-orang yang akan dieksekusi—cukup memenuhi benaknya. Kendati begitu tidak disangkanya ada bagian jiwanya yang meluruh begitu dengar kabar kematian itu. Setelah kembali dari rumah orangtuanya, rasa geram seakan-akan baru mencuat berupa kemarahan pada sang Mama yang pindah ke alam lain tanpa meminta maaf atas insiden yang dialami tidak diteruskan ke pihak berwajib.
Sementara sang Papa, kian pekat sikap dingin Daniel karena ternyata kematian Mama diakibatkan dari kejahilan Papa yang membangunkan Mama dengan cara membuat Mama bangun panik yang dengan maksud bercanda. Ibarat kata orang, nyawa orang yang baru bangun tidur belum terkumpul, tapi Mama tertular juga untuk panik tanpa tahu bahwa ia sedang dijahili sang suami. Pusing yang hebat membuat sang Mama terjatuh tidak sadarkan diri sampai nyawanya terenggut.
Daniel berpikir ingin membawa Abang dan adiknya pergi menjauh dari sang Papa, namun ia khawatir dua saudara kandungnya akan kecewa bila mengetahui bahwa ia telah menjadi seorang kriminal. Ia pun hanya beberapa hari tinggal di rumah Mama Papa demi menemani Gabriel dan Samuel, sebelum kemudian pamit kembali menyendiri di apartemen.
"Dan," sebuah suara memanggil tiga huruf depan namanya saat lamunan nyaris menghilangkan kesadarannya, "orang-orang yang lu sikat itu semua gak ada gunanya. Lu bunuh mereka tanpa perhatikan kemungkinan akan rusaknya organ mereka. Dan ternyata banyak yang rusak, mereka terbuang gitu aja!"