Mengenyam Kelam

Gia Oro
Chapter #8

Desau Kelam

Akun kelam yang sudah disengajakannya, untuk tidak diketahui siapa pun, sejak segala kesahnya disebarkan Safira ke grup cucu pihak ayah. Dengan tampilan profil mirip akun fake, namun pikiran berlebih dan kritik pada diri sendiri yang melonjak, membuatnya menghapus unggahan-unggahan yang sempat diunggah, sampai menyisakan satu-satunya unggahan. Tidak ada yang istimewa dalam pemilihan nama pengguna akun berupa nama latin buah mangga, ia hanya menyukai saja karena terdengar seperti nama orang.

Hanya beberapa detik saja pandangannya berserobok dengan warganet dengan nama pengguna Jerkvers itu, namun rasanya seperti sedang dihakimi dalam gulir hitungan jam. Faraditha lantas mengembuskan napas seraya mengalihkan pandangan secara sembarang. Ia memang sangat mudah mengingat nama dan wajah, atau wajah saja, meski tidak ada interaksi yang terjadi, namun di luar sangkaannya seakan-akan dunia memang begitu sempit oleh situasinya berurusan dengan senior masa putih abu-abu.

"Ah! Gua ingat lu sekarang... lu pernah ikut lomba juga waktu itu!" Ingatan Daniel secara perlahan mencuat perihal Faraditha.

Faraditha yang semula terlihat ramah dan polos, wajahnya menatap Daniel yang menunjuk diri gadis itu seperti menyiratkan kesan sinis. Sebuah senyuman menakutkan tersimpul di bibir. Ia tidak lupa dengan momen saat SMA bersama beberapa anak di kelas diikutsertakan lomba oleh guru ke sebuah universitas, yang juga ada Daniel dan seorang senior lain kala itu.

"Lu aslinya dua orang ya?" Daniel bergidik melihat Faraditha.

"Tidak."

"Kenapa tadi lu kelihatan innocent, eh sekarang kayak pembunuh berdarah dingin?!"

Faraditha memasang wajah datar mendengar Daniel yang seperti ketakutan, sementara bila memang Daniel adalah warganet dengan nama pengguna Jerkvers yang bercakap-cakap dengannya di ruang chat, ia mengira seharusnya Daniel sosok yang mengerikan dari dunia kelam. "Kakak kan senior saya. Kakak kelas saya. Ya saya kudu sopan lah. Tadi itu saya bukan sedang innocent."

"Jadi tadi lu nipu gua?" Kali ini Daniel yang memasang wajah datar.

Faraditha mendecis sambil membuang muka sekejap. "Dah deh, sekarang gini aja, coba kakak kirim nomor WA kakak ke ruang chat Mangifera Indica. Saya pengen tau apa benar kakak orang yang saya chat!"

Daniel menaikkan sebelah alis mata, patuh sambil waspada pada Faraditha. Ia benar-benar melakukan apa yang diminta, tak lama kemudian Faraditha menerima notifikasi. Gadis itu tersenyum dengan pandangan yang seolah-olah licik, ia menyimpan nomor yang ia terima dan kemudian menghubungi nomor tersebut.

"Apa lu psikopat?" Daniel bertanya setelah rupanya ia benar-benar menerima panggilan masuk. "Atau jangan-jangan lu berkepribadian ganda?"

"Gak usah lebay deh, kak. Saya gak pernah jadi siapa pun! Saya ya saya aja! Gak ada orang lain di dalam diri saya!" Faraditha mendengkus, menyentuh tombol menutup panggilan.

"Trus, ngapain lu nanya harga organ tubuh? Hah?!"

Raut wajah Faraditha yang semula menakutkan kemudian muram dengan pandangan menunduk. Daniel menunggu, kemudian menunggu, dan menunggu. Pemuda itu mulai bingung bagaimana berhadapan dengan gadis berjilbab itu yang menurutnya mudah berubah-ubah.

Daniel berkacak pinggang, mulai memikirkan apa mulanya ia ingin berjanji temu dengan sosok di balik akun Mangifera Indica ini. Ia pun mulai meyakini sesuatu yang tidak baik-baik saja tengah mendorong gadis itu sampai melakukan unggahan status yang mengkhawatirkan. "Oke, mending sambil duduk di mana kek dalam mall ini ya, gua pengen denger penjelasan lo!" tukasnya yang kemudian membalikkan badan menuju salah satu kedai, namun langkahnya terhenti oleh Faraditha yang memanggilnya. "Apa?"

Gadis itu menatap takut-takut. "Apa kakak kerja di pasar gelap?"

Daniel mengedarkan pandangan untuk memastikan tidak ada yang mendengar pertanyaan Faraditha barusan, sedikit ia memangkas bentang sambil meletakkan telunjuk di mulut. "Kalau lu pengen selamat, lu jangan sesumbar tentang gua!"

"Selamat?"

Lihat selengkapnya