Beberapa hari setelah percakapan mereka di taman, Alex menepati janjinya dan mengantar Alyssa ke psikolog. Alyssa merasa cemas saat mereka tiba di rumah sakit, tetapi kehadiran Alex di sisinya memberinya kekuatan.
Setelah Alyssa mendaftar di resepsionis, mereka duduk di ruang tunggu. Alex menggenggam tangan Alyssa, memberikan dukungan tanpa kata-kata. Beberapa menit kemudian, seorang psikolog muda dengan wajah ramah keluar dari ruangannya dan memanggil nama Alyssa.
Alyssa menarik napas dalam-dalam dan berdiri. "Aku akan menunggumu di sini," kata Alex dengan senyum yang menenangkan. "Kamu bisa melakukannya."
Alyssa mengangguk dan mengikuti psikolog masuk ke ruangannya. Psikolog itu memperkenalkan dirinya sebagai Dr. Nisa. Dia mengajak Alyssa duduk di sofa yang nyaman dan mulai percakapan dengan lembut.
"Jadi, Alyssa, apa yang membuatmu datang ke sini hari ini?" tanya Dr. Nisa.
Alyssa merasa sedikit gugup, tetapi dia tahu bahwa ini adalah langkah penting untuk penyembuhannya. "Aku punya banyak masalah dari masa lalu yang belum pernah aku ceritakan kepada siapa pun. Pacarku, Alex, mendorongku untuk datang ke sini dan mencari bantuan."
Dr. Nisa mengangguk dengan pemahaman. "Bagus sekali kamu punya seseorang yang peduli seperti Alex. Bisakah kamu ceritakan lebih lanjut tentang masalah-masalah itu?"
Alyssa mulai menceritakan tentang hubungan buruk dengan mantan pacarnya, trauma dari perceraian orang tuanya, dan bagaimana ibunya bekerja sebagai wanita malam serta dampak yang hal itu berikan padanya. Semakin lama dia berbicara, semakin lega yang dia rasakan. Dr. Nisa mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberi tanggapan yang menenangkan.
Setelah membahas latar belakangnya, Alyssa beralih ke topik yang lebih mendesak. "Aku juga ingin membicarakan tentang pernikahan," katanya. "Aku takut menikah karena melihat bagaimana pernikahan orang tuaku berakhir dan karena trauma masa laluku. Aku tidak ingin mengulangi kesalahan mereka."
Dr. Nisa mengangguk, memahami kekhawatiran Alyssa. "Ketakutanmu sangat wajar, Alyssa. Banyak orang yang memiliki trauma masa lalu merasa cemas tentang masa depan mereka, termasuk pernikahan. Yang penting adalah kamu menyadari perasaan ini dan bersedia mencari bantuan."
Alyssa merasa sedikit lebih lega mendengar kata-kata Dr. Nisa. "Apa yang harus aku lakukan untuk mengatasi ketakutan ini?"
"Kita bisa mulai dengan membicarakan secara teratur tentang perasaanmu dan pengalaman masa lalumu, serta bagaimana hal itu mempengaruhi pandanganmu tentang pernikahan," kata Dr. Nisa. "Selain itu, aku akan memberikan beberapa teknik untuk mengatasi kecemasan dan membangun kepercayaan diri. Penting juga untuk terus berkomunikasi dengan Alex tentang perasaanmu. Dukungan dari pasangan sangat berharga dalam proses penyembuhan."
Setelah sesi pertama yang intens dan emosional, Alyssa keluar dari ruangan dengan perasaan yang campur aduk. Alex segera berdiri dan menyambutnya dengan pelukan. "Gimana rasanya?" tanya Alex dengan lembut.
Alyssa menarik napas panjang dan tersenyum lemah. "Berat, tapi aku merasa sedikit lebih baik. Aku merasa seperti ada beban yang mulai terangkat."
Alex mengangguk, masih memeluk Alyssa erat. "Aku bangga padamu, Alyssa. Ini baru langkah pertama, tapi kamu sudah sangat kuat."
Alyssa merasa lebih yakin setelah sesi itu. Meskipun perjalanan menuju penyembuhan masih panjang, dia tahu bahwa dengan bantuan Dr. Nisa dan dukungan Alex, dia bisa melalui ini semua. Mereka berdua berjalan keluar dari klinik dengan perasaan yang lebih tenang, siap menghadapi hari-hari berikutnya dengan harapan baru.
**
Hubungan Alyssa dan Alex terus berjalan dengan baik. Mereka bekerja keras dan menabung bersama. Mereka menghitung pengeluaran bulanan dan jumblah yang akan mereka sisihkan setiap bulan untuk tabungan pernikahan.
Suatu hari, Alex merasa perlu mengganti ponselnya yang sudah usang karena pekerjaannya membutuhkan perangkat yang lebih canggih.
"Alyssa, aku ingin membicarakan sesuatu. Ponselku sering bermasalah, bolehkah aku meminjam sebagian dari tabungan kita untuk membeli ponsel baru? Aku janji akan mengembalikannya dalam dua bulan," kata Alex saat berkunjung ke rumah Alyssa.
Alyssa mempertimbangkan permintaan Alex. Meskipun tabungan itu untuk pernikahan, Alyssa percaya pada Alex dan memahami kebutuhannya.
"Tentu, Alex. Aku percaya padamu. Aku yakin kamu akan mengembalikannya seperti yang kamu janjikan."
Alex menepati janjinya dan mengembalikan uang tersebut dalam waktu dua bulan. Setelah itu, ia bertanya kepada Alyssa apakah ada sesuatu yang dia inginkan.