Alyssa menatap Alex dengan mata yang berkilat-kilat marah ketika Alex akan mengantarnya pulang setelah menghabiskan waktu di rumah Alex. Alex menghindari tatapannya, merasa bersalah saat Alyssa menemukan bekas rokok di atas meja.
“Aku gak percaya kamu merokok!” Alyssa memulai dengan suara gemetar. “Bukankah kamu bilang sangat anti dengan rokok?”
Alex menghela napas panjang. “Alyssa, aku hanya sekali-sekali. Lagipula, bukankah kita sudah sepakat untuk bebas melakukan apa yang kita suka?”
Alyssa menatapnya tajam. “Tapi merokok itu beda, Alex. Itu merusak kesehatanmu. Aku khawatir sama kamu. Menerima kamu menggunakan vape saja sudah cukup sulit bagiku, kenapa kamu harus merokok juga?”
Alex mengusap wajahnya dengan tangan. “Aku merasa stres akhir-akhir ini, Alyssa. Merokok kadang membantu menenangkan sarafku.”
“Kamu dulu bilang sangat anti rokok,” Alyssa mengingatkan dengan nada terluka. “Aku merasa dikhianati, Alex. Vape sudah cukup buruk, dan sekarang kamu merokok juga?”
Alex menunduk, mengakui kesalahannya. “Aku tahu aku salah, Alyssa. Tapi aku merasa tertekan dengan situasi kita. Kadang aku merasa ini satu-satunya cara untuk melepaskan stres.”
Alyssa menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. “Kamu bisa mencari cara lain untuk mengatasi stres. Merokok hanya akan merusak kesehatanmu dan membuat aku semakin khawatir. Aku sudah cukup menerima kamu dengan vape, tapi rokok itu terlalu jauh.”
Alex mengangguk pelan, merasa bersalah. “Aku minta maaf, Alyssa. Aku tidak mau membuatmu khawatir atau merasa tersakiti. Aku akan berhenti merokok, aku janji.”
Alyssa mengangguk, sedikit lega mendengar janji Alex. “Aku harap kamu benar-benar serius kali ini. Kita harus saling mendukung dan menjaga satu sama lain, bukan merusak.”
Alex menatapnya penuh penyesalan. “Aku akan berusaha, Alyssa. Demi kita.”
Mereka saling berpelukan, berusaha mencari kenyamanan dalam pelukan satu sama lain. Mereka tahu bahwa ini bukanlah akhir dari tantangan yang harus mereka hadapi, namun keduanya bertekad untuk memperbaiki hubungan mereka dengan komunikasi yang lebih baik dan saling mendukung dalam setiap langkah yang mereka ambil. Dalam hati, Alyssa berharap Alex benar-benar menepati janjinya, karena dia tahu bahwa cinta mereka layak diperjuangkan.
**
Hari raya Idul Fitri tiba, dan Alex mengambil kesempatan untuk mengantar Alyssa pulang ke kampung halamannya. Mereka berdua naik mobil dalam perjalanan yang panjang, tetapi penuh kegembiraan dan antusiasme. Alyssa merasa senang bisa mengenalkan Alex kepada keluarganya, sementara Alex juga merasa senang bisa lebih mendekatkan diri dengan Alyssa melalui pengalaman ini.
Setelah beberapa jam perjalanan, mereka tiba di rumah orang tua Alyssa di desa kecil yang teduh. Alyssa dengan senang hati memperkenalkan Alex kepada orang tuanya, serta saudara-saudaranya yang juga berkumpul untuk merayakan Idul Fitri bersama.
"Ini dia, Mas Alex. Pacarku."
"Halo, Alex. Senang bertemu denganmu. Terima kasih sudah mengantarkan Alyssa pulang." Nenek Alyssa tersenyum ramah.
"Halo, Alex. Selamat Idul Fitri. Terima kasih sudah mengunjungi kami." Kakek Alex mengulurkan tangan, dan di sambut dengan hangat oleh Alex.