Menggapai Surga Cintamu

Hanachan
Chapter #18

Chapter 18

"Ooommm!!!"

Zulfikar menoleh ke arah sumber suara, senyuman mengembang lebar di wajahnya. Dilambaikan tangannya dari kejauhan seraya mulutnya bergerak membentuk kata 'hati-hati'.

Seorang gadis berusia empat belas tahunan membalas lambaian tangan itu dengan ceria. Ia bergegas menyeberang jalan setelah sebelumnya memastikan tidak terlalu banyak kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan. Sore itu kondisi lalu-lintas sedang ramai-ramainya. Selain memang jam pulang kantor, para murid bimbel yang berjubel pulang juga turut berperan menyumbang keramaian itu.

"Udah lama nunggunya?" Gadis itu bertanya ceria, rambutnya yang pendek seleher bertiup-tiup terkena angin dan debu jalanan. Hanya jepit kelinci di samping telinga yang menahan poninya agar tidak menusuk mata.

Seorang gadis lain usia sebaya menepuk bahunya saat berjalan. Memakai overall pendek dan tas ransel mungil, ia tertawa cekikikan bersama beberapa gadis lain yang berjalan beriringan bersamanya.

"Duluan, Dea!" Serunya sambil terus berlalu bersama teman-temannya.

"Oi, iya! Hati-hati!" Dea, gadis berambut pendek itu berteriak kembali pada gadis yang menyapanya barusan. Sementara di sampingnya Zulfikar mulai cemberut karena Dea tak kunjung memasuki mobil dan malah asyik bercengkrama bersama teman-temannya.

Dilongokkan kepalanya ke luar jendela mobil, "Dea! Masih lama? Om tinggal nih!"

"Bentar, Om! Nunggu Miss Billa dulu. Tadi lupa kasih hadiah ultahnya!" Dea berseru dari luar mobil, membuat Zulfikar semakin geregetan karena harus menunggu lebih lama lagi. Tapi seperti sebelumnya, ia harus mengalah sekali lagi pada kekeraskepalaan Dea jika tidak mau gadis itu merajuk seharian nantinya.

Zulfikar berdecak kesal, lantas memutuskan untuk menunggu di luar mobil. Dinginnya AC yang sedari tadi menyelingkupi tubuhnya langsung tergantikan dengan hangatnya matahari pukul empat sore. Ia menggulung sepertiga kemejanya, membiarkan lebih banyak bagian kulitnya terkena sinar mentari. Menyibakkan rambutnya, ia menyandarkan badan di sebelah Dea. Memprotes gadis itu karena telah berani membuatnya menunggu terlalu lama untuk sesuatu yang menurutnya … absurd.

"Masih lama, De? Kasih di dalam aja kan bisa?"

Gadis berkaus putih bergambar kelinci dan memakai rok denim selutut itu menggeleng keras. Kedua tangannya menggenggam tali tas ransel di bahunya sementara mulutnya mengeluarkan gerutuan pendek.

"Miss Billa tadi masih ada di ruang guru, gak enak kalo ngasih di sana."

"Titipin aja kan bisa?" Zulfikar kembali memprotes, tak betah berlama-lama terkena debu jalanan dan asap knalpot kendaraan.

"Om ini gimana sih, mana bisa hadiah ultah dititipin gitu aja? Ga ada momennya dong?" Memonyongkan bibirnya beberapa senti, Dea mulai kesal dengan sikap Zulfikar

"Pokoknya tunggu dulu sebentar lagi. Bentar lagi Miss Billa keluar, kok. Ntar juga kalo udah ketemu aja pasti Om naksir deh,"

"Dasar tengil! Gimana bisa nyambungnya kesitu?" Memukul pelan kepala keponakannya, Zulfikar memutuskan untuk menunggu lebih lama lagi.

10 menit! Kalo nggak keluar juga tuh Miss Billa, kuseret Dea pulang!

Menatap keponakannya yang sekarang cengar-cengir melihatnya, Zulfikar kembali menggumamkan sesuatu, "Lagian Om juga sudah menyukai seseorang. Ga mungkin lah bisa suka sama orang lain."

"Hah? Apa?" Dea yang tidak mendengar perkataan Zulfikar dengan jelas hanya menggaruk kepalanya melihat pamannya diam seribu bahasa, tak menjawabnya.

***

Kebetulan yang luar biasa. Sampai-sampai Zul ingin meyakini kalau ini bukan hanya sekadar kebetulan saja, melainkan takdir untuknya. Pertanda bahwa ia memang berjodoh dengan perempuan itu, yang tengah duduk di depannya, bersebelahan dengan Dea. Di seberang meja berbentuk persegi di sebuah rumah makan, setelah ia memaksa mati-matian tentunya.

"Beneran mau di sini aja, Ai? Kalau mau kita bisa ke restoran bintang lima atau ke resto Itali?" Zul sumringah, dengan semangat ditawarkannya Aini ke restoran yang menurutnya jauh lebih baik dari tempat yang mereka datangi sekarang.

Lihat selengkapnya