Menggapai Surga Cintamu

Hanachan
Chapter #6

Chapter 6

“Menurutku, Ibunda jangan sampe tahu.” Mila berbisik, berharap suaranya tidak akan terdengar sampai ke kamar Ibunda.

Lila langsung meng-iyakan perkataan kakaknya.

“Benar. Ibunda pasti akan sedih sekali kalau mendengar berita ini.” Sesekali, lila mengelus perutnya yang semakin membesar.

“Lagipula, apa kata tetangga-tetangga kita nanti? Ya ampun, tu orang malu2in keluarga kita aja.” Mila masih semangat ngomporin adik-adiknya, meski dengan suara berbisik.

Devan yang duduk di pojok ruang tamu masih saja terdiam sembari menekuri berita pencurian yang ditunjukkan Aini. Ia tampak tidak terlalu memperhatikan percakapan kakak-kakaknya.

Sore itu mereka langsung berkumpul setelah mendengar kabar dari Aini. Devan juga memutuskan untuk pulang lebih cepat dari kantornya.

Aini datang dari dapur. Tangannya membawa sepiring penuh potongan semangka. Daging buah yang merah segar itu terlihat begitu menggoda di tengah suasana yang mulai memanas.

“Apa ga sebaiknya kita kasih tau aja? gimana kalo Bunda tahunya malah dari orang lain?” usul Aini. Ia mengambil tempat duduk di dekat Devan. Mengamati pria yang masih saja menekuni koran itu.

“Menurutku ini adalah imbas dari apa yang dia lakuin selama ini. Dengan kata lain, ini karmanya dia.” Devan manggut-manggut, sementara pandangan matanya tak lepas dari koran di depannya.

“Nah, itu! setuju! Jadi, kita jangan kasih tau Ibunda. Biarin tu orang kena hukumannya. Biar kapok dia!” Mila tertawa lepas, mirip tawa tokoh-tokoh antagonis di sinetron-sinetron tivi.

“Jangan lupa, dia sendiri yang bilang bukan keluarga kita lagi, kan?” Lila menimpali perkataan Mila. Sesekali ia mencomot semangka di piring dan memakannya. Air dari daging buah itu menetes membasahi dagu ketika Lila menggigitnya.

Aini sadar, kakak-kakaknya memang terlanjur membenci Erieka. Kebencian itu seperti sebuah tanaman yang mengakar selama ratusan tahun. Terpupuk dengan subur dari kecil hingga besar. Tentunya akan sangat sulit mencabut akar itu.

Sebagaimana kakaknya, Aini juga tak menyukai Erieka. Ia membenci perilaku Erieka yang kasar dan selalu menyakiti Ibunda dan almarhum Bapak, dulu. Tapi membayangkan Erieka berada di balik jeruji besi membuat Aini sedikitnya merasa iba.

Kakaknya berada sendirian di kota asing, tanpa saudara atau keluarga, menghabiskan waktunya di balik jeruji besi.

Hhhhhh …

Aini mendesah keras. Dia berada dalam posisi yang dilematis. Memberitahu Ibunda atau mengambil sikap yang sama dengan kakak-kakaknya yang lain?

Lihat selengkapnya