“Ibunda … “
Aini mengetuk pelan kamar Ibunda. Setelah semalaman dihantui rasa bersalah, pagi ini, selepas subuh, ia berencana meminta maaf kepada Beliau. Aini akan merayu Ibunda dengan memasakkan cap cay kesukaan Beliau.
Ibunda akan memaafkanku.
Batin Aini, mencoba menyakinkan dirinya sendiri. Ia menarik napas beberapa kali, lantas kembali mengetuk kamar Ibunda.
“Ibunda … .”
Tak ada sahutan.
Kelihatannya Ibunda masih marah kepada Aini. Beliau sama sekali tak membukakan pintu untuknya, bahkan sekedar menjawab panggilannya pun tak mau.
Aini berpaling dari pintu kamar Ibunda. Raut wajahnya menampakkan rona kesedihan. Ibunda tak pernah semarah ini padanya.
Aini menunduk sedih, lantas beranjak menjauh dari kamar ibunda.
Dia akan mencobanya lagi nanti.
***