Gadis itu.
Ada yang berbeda dengannya dalam sekali pandang. Dada Zul berdesir ketika bersitatap dengannya di koridor rumah sakit.
Matanya sipit dengan wajah oriental yang dibalut hijab hijau muda. Cantik. Dan dalam kecantikannya itu ada keanggunan yang tidak bisa ditemukannya pada wanita wanita lain.
Gadis itu terlihat menggamit lengan seorang lelaki yang berbadan tegap dan berkulit sawo matang. Wajahnya terlihat bersih dengan bola mata hitam pekat dan rambut cepak. Lelaki itu mengenakan jaket kulit coklat serta celana hitam.
Sungguh kontras dengan gadis berwajah oriental dan berkulit putih tadi.
Gadis itu bergerak gerak gelisah di koridor rumah sakit, ia bahkan tidak mendaratkan tubuhnya di kursi tunggu dekat ruang UGD setelah datang dengan terengah engah tadi.
Lelaki berkulit sawo matang itu menarik tangan gadis yang datang bersamanya, bermaksud mengajaknya duduk. Namun gadis itu hanya menggeleng dan menatapnya cemas.
“Ibunda gimana, Mas? Kok lama banget sih?” meski awalnya sempat menolak, namun gadis itu memilih untuk duduk juga pada akhirnya.
Zul sempat menebak nebak hubungan diantara mereka. Namun mendengar gadis itu memanggil dengan sebutan ‘mas’, ia berharap hubungan yang terjadi di antara mereka adalah hubungan darah.
Mengapa ia menjadi begitu peduli?