Menggapai Surga Cintamu

Hanachan
Chapter #15

Chapter 15

"Berangkat jam berapa tadi, Ma?" Tanya Radit setelah membukakan pintu untuk Mamanya beberapa saat lalu. 

"Jam 8 tadi Mama berangkat dari Malang. Duh, susah banget cari tiket kereta apinya," melepas lelah, wanita berusia awal 60-an itu menjatuhkan pantatnya di sofa ruang tamu. Tonjolan lemak di beberapa lekuk tubuhnya membuat rangka sofa tua itu berderit saat diduduki. Meskipun begitu, wajahnya masih memancarkan kecantikan walaupun usianya tak lagi muda. 

Peluh mengalir dari dahinya, melunturkan bedak yang Radit yakin pasti dipakai dengan hati-hati sejak dari rumah. Pinggiran jilbab kuning yang dipakai Mama terlihat basah karena peluh itu.

Dengan sigap Radit menggeser kipas angin besar yang berada di dekat ruang kerjanya ke ruang tamu, lantas menyalakannya. Tidak membutuhkan waktu lama, angin segar langsung memenuhi seluruh ruang tamu, meredakan penat yang menggelayuti tubuh.

Sang Mama tampak lebih nyaman sekarang. Radit tersenyum, lantas beranjak menuju kulkas.

"Tadi Mama sudah beli es campur di jalan tadi. Sini, bawain mangkuk aja. Ayo makan sama-sama." Mama langsung membongkar barang bawaannya, mengeluarkan bungkusan kresek yang berisi dua buah plastik besar es campur.

Radit menyambutnya dengan suka cita. Kebetulan matahari sedang panas-panasnya meski sekarang masih pukul sepuluh pagi. Menikmati semangkuk es campur pasti akan sangat menyegarkan. 

"Kok Mama datang sendiri sih? Nggak bareng Papa? Kok nggak pake travel aja, kan lebih enak nggak usah capek-capek seperti sekarang," ucap Radit sembari menyendokkan potongan buah ke dalam mulutnya. Rasa buah melon dan manisnya kuah es berpadu dengan sempurna di dalam mulutnya. Lidah Radit menari kegirangan menikmatinya.

"Kamu tahu sendiri kan, Papa masih sibuk, ada proyek besar pembangunan apartemen. Mama sendiri suka mabuk kalo naik mobil," ujar Mama disela kesibukannya menyuapkan es ke dalam mulut. 

"Oh ya, kamu masih inget Pipit, nggak? Anaknya Bu Rani yang dulu kuliah di Jakarta itu, katanya udah lulus dan bentar lagi kerja di perusahaan loh."

Radit terdiam sejenak. Entah angin apa tiba-tiba Mamanya membicarakan orang lain saat pertemuan mereka setelah sekian lama tidak berjumpa. 

"Nggak inget, Ma. Lupa. Udah lama juga." Mengabaikan prasangkanya, Radit kembali menikmati es campurnya.

"Ah, kamu ini! Yang anaknya mungil, putih cantik itu loh. Dulu kamu juga sering main sama dia. Kapanan lalu dia nanyain kamu loh," kedua mata Mama terlihat berbinar saat membicarakan perempuan bernama Pipit itu. 

"Trus?"

"Kamu mau ketemu dia, nggak? Mama yakin kamu bakal tertarik kalau udah ketemu langsung sama orangnya … ," Mama mengedipkan matanya, berusaha membujuk Radit.

Lihat selengkapnya