Menggoda Janda

rhee
Chapter #1

Sari#1

Bab 1

Catatan Cinta:

Lebih baik aku menyesal karena telah mencintaimu,

Daripada aku menyesal karena tak pernah mencintaimu!

(Prayudi Quthub)

Cemburu adalah cinta yang sedang khawatir. Benci adalah cinta yang pernah tersakiti. Tetapi dari semua itu dasarnya tetap satu, yaitu Cinta!

(Cak Nun- Emha Ainun Nadjib)

Sungguh, kota Bandung kini jalanannya semakin dipenuhi kemacetan. Belum lagi tiap beberapa ratus meter lampu merah selalu saja menyala nyalang. Jalan Asia Afrika serta jalan Braga tak luput dari kemacetan itu. Kendaraan merayap sendu disana. Gedung-gedung tinggi, eksotis dan artistik bekas peninggalan kolonial menjadi saksi perubahan drastis tersebut.

Danu duduk bersila dihamparan rumput sintetis depan Masjid Agung, Masjid Raya Kota Bandung. Ia beristirahat sejenak disana setelah beberapa jam tadi memutari jalanan kota. Sehari itu ia sudah selesai menyampaikan tujuh paket kiriman dari Negeri Cina dan Kota Jakarta. Paket tersebut kebanyakan berupa pakaian dalam atau sepatu yang dibeli konsumen melalui toko online.

Beberapa kali Danu memijat betis serta telapak kaki kanan dan kirinya. Bagian kaki tersebut terasa lebih pegal dari bagian lainnya. Danu merutuk. Betapa tidak, perseneling gigi pada motornya selain kadang bagai kosong saat diinjak, atau bahkan harus sangat keras untuk bisa memindahkan ke perseneling gigi berikutnya. Lebih mengerikan, seperti kejadian kemarin hari. Ketika dilampu merah, ia kerepotan dan agak panik saat tiba-tiba sepeda motornya malah mogok waktu ditekan gas. Mesin masih menyala, namun motor tidak bisa maju. Beberapa detik kemudian mati. Untuk mengkondisikan pada posisi netral, tentu saja sangat sulit ditengah keadaan perseneling gigi yang sudah tak normal seperti itu. Sepertinya ada masalah pada tuas giginya.

Akhirnya dengan susah payah, perseneleng gigi motor bisa juga pada posisi netral. setelah menepi, Danu melakukan kick starter. Beberapa kali ia melakukan engkol pada motornya hingga betisnya pegal bukan main. Sepeda motor menyala, namun ia harus kembali menunggu, kerena rambu telah pula kembali merah. Benar, semua telah membuat ia letih bukan main. Capai lahir dan batin. 

Danu terhenyak sedikit saat kepala bagian samping kanannya terbentur pelan sebuah balon besar. Empat orang anak berusia sekitar tujuh dan Sembilan tahun itu tertawa malu-malu saat meminta balon tersebut untuk dikembalikan. Danu masih memegang balon besar berwarna merah itu, sampai beberapa detik kemudian ia lemparkan bola balon tersebut pada anak yang paling kecil tubuhnya. Anak itu senang bukan main. Ia mulai menggiring bola lagi dengan semangat.

Hamparan rumput hijau sintetis sudah tak utuh lagi keadaannya. Beberapa bagian dari rumput sintetis bahkan telah terkoyak. Bagian lainnya sudah mulai agak terbuka perekatnya. Namun bagaimana pun, itu tidak membuat banyak orang harus kehilangan kebahagiaan. Tampak di halaman masjid siang itu cukup dipadati oleh orang-orang. Mereka bisa saja sengaja datang kesana untuk mengaji dan masuk kedalam masjid, untuk rekreasi duduk dan berbincang disekitaran halaman, atau bermain serta sekedar istirahat beberapa jenak seperti halnya yang dilakukan oleh Danu. 

Petugas Satuan Polisi Pamong Praja berjaga penuh disiplin ditiap sudut. Ini semata agar keadaan tetap pada aturannya. Tak ada yang merokok disembarang tempat. Tak ada yang berjualan seenaknya atau tak ada yang memakai sepatu untuk menginjak rumput palsu.

Danu mengambil ponsel dari saku jaketnya. Memainkan sejenak. Ketika beberapa detik kemudian, Smartphone Danu menerima pesan WhatsApp. Seulas senyum Danu mengembang. Ia belum lagi membalasnya, malah pandangannya tertuju begitu saja pada gedung BRI tower yang berdiri megah cukup jauh disampingnya. Andai uang didalam Bank itu bisa menjadi miliknya, mungkin saja ia sudah bisa menikahi Sari. Poligami? Danu meringis sendiri. 

Ia kembali mengulang membaca pesan WA yang sesaat tadi sudah dibacanya.

“Assalamu’alaikum…Aa lagi apa?” pesan WA dari Sari seraya dibubuhi emoji kedua tangan merapat. Sari, janda beranak dua yang kerap digoda oleh Danu. Foto profile dari WA Sari adalah wajah dirinya yang cantik dengan latar belakang pemandangan hijau. Usia Sari yang telah menginjak 30 tahun tampak lebih muda di foto profile. Sementara foto profile WA Danu hanya merupakan puncak menara masjid. Sesaat tadi ia menggantinya, setelah sebelumnya, foto close wajah Danu menghiasi profile WA. Biasanya, sebelum kenal dengan Sari, profile WA Danu hanya merupakan foto bungkus rokok dan segelas kopi. Buatnya itu keren. Meski banyak orang usil mempertanyakan, Danu tak pernah peduli. 

“Wa’alaikumusalam…Aku lagi mijat kaki nih, say.” balas Danu ditambah emoji wajah tertawa.

“Euh kacian Aa..” balas Sari dengan emoji wajah penuh kesedihan dan penyesalan.

“Emang abis apa atuh Aa sampe pegal begitu?” kembali Sari mengirim WA. Tanpa emoji apa-apa.

“Ya, biasa Sari. Aa abis nanggung dua pikulan berisi peuyeum yang Aa ambil dari Cimeunyan.” balas Danu sambil membubuhkan emoji ketawa lagi. (Peuyeum, sajian khas Bandung. Semacam tape. Terbuat dari singkong yang diolah memakai sistem permentasi).

Sari paham Danu hanya becanda. Lelaki itu sering menggodanya. Namun Sari sangat suka di goda oleh Danu. Selain godaan Danu tidak kurang ajar, juga kerap membuat Sari tertawa atau sedikitnya bisa mengulum senyum. Sari tahu pasti pekerjaan Danu yang sesungguhnya. Karena salah satu sebab pekerjaan Danu itulah mereka sampai memiliki hubungan yang belum jelas sebagai apa.

“Kok jualannya ganti lagi sih, A? Kan waktu itu bilang ke Sari jualan jagung bakar.” kata Sari sambil menambahi dengan emoji wajah ketawa.

“Iya kan jualan jagung bakar kalau musim tahun baru. Kadang selain jagung bakar Aku juga jualan petasan mercon.” balas Danu sambil menyisipkan emoji sebuah lengan yang sedang menunjukan tonjolan otot lengannya.

Sari membalas dengan emoji jari jempol.

“Kerja keras, ya A?” WA Sari.

“Iya, dong. Kan buat melamar Sari.” balas Danu sambil membubuhkan emoji tiga jari terangkat sementara ujung jari telunjuk dan jempol saling menempel.

“Itu teh serius Aa?” kiriman WA Sari.

“Iya dong serius. Masa aku php’in Sari yang cantik sih?” balas Danu sambil menyisipkan emoji jari jempol. Sari dan Danu hanya berkirim pesan melalui WA atau sesekali saling teleponan saja. Namun mereka telah cukup akrab. Ini karena Danu pandai bermain kata-kata. Sari menyukainya walau secara langsung mereka belum pernah bertemu.

“Aa beneran gak php,kan?” kiriman WA Sari ingin meyakinkan.

“Gak mungkin aku php’in Sari. Demi rembulan dan matahari, kok.” balas Danu enteng saja ia bersumpah. Sari sendiri tak tahu pasti soal Danu apakah yang dikatakannya benar atau tidak. Bagi Sari, berhubungan dengan Danu sangat menyenangkan. Sementara ini hal itu saja sudah cukup. 

Lihat selengkapnya