Bab 2
Sahabat itu bukan manusia sempurna
Ia memiliki kelemahan yang nyata
Itulah kenapa kau menjadi sahabatnya
Kau melapangkan dada
Untuk setiap kekurangannya
Dau kau pun mempunyai kurang
Yang sahabatmu rela
Meski kau selalu saja
Merepotkan dirinya
Keringat membanjir ditubuh Danu. Sengaja ia mengambil jalan pintas melalui gang kecil untuk menuntun motornya agar sampai dibengkel. Keluar dari mulut gang, memasuki jalanan yang lebih lebar, cukup buat dua mobil, dada Danu mulai turun naik. Ia terengah.
“Dan…Danu…!” terdengar suara orang berteriak memanggil. Danu menghentikan tuntunan pada motornya. Ia menoleh. Sejenak ia terpana.
“Hay, Rung...!” Danu melambai kemudian menstandarkan motor. Ia tersenyum kepada orang yang menghampirinya.
“Darimana kamu? Kenapa dengan motormu?” Arung, kawan ketika di SMP menyalaminya. Danu tersenyum.
“Gimana kabarnya?” bertanya Danu tanpa memperdulikan pertanyaan Arung sebelumnya.
“Aku, hahh.., begini aja.” kata Arung sambil menyeringai. Danu mencibir. Ia tahu betul Arung anak orang kaya. Ayahnya pengusaha roti cukup maju. Ibunya memiliki toko roti dipinggir jalan dekat dengan jalan Cikutra.