Saka POV
Hari masih pagi saat aku melangkah meninggalkan kamar asramaku. Ada kuliah pagi hari ini, namun tak sepagi ini seharusnya. Tak ada lagi yang bisa aku kerjakan di kamar, berjalan kaki menuju kampus kupikir bisa mengisi waktu yang berjalan sangat lambat. Saat aku keluar dari area gedung, langit mendung menyambutku. Memang sudah masuk musim penghujan, payung lipat pun sudah aku siapkan di dalam ransel belakang. Bukan apa-apa, aku membawa laptop dan akan sangat repot jika sampai basah. Aku pun tak ingin berjalan tergesa-gesa hanya karena menghindari hujan. Aku ingin menghabiskan waktu hingga Sabtu esok hari.
Langit masih berpihak padaku, air hujan baru turun saat aku sudah berada di dalam kelas, duduk di kursi yang sama di setiap kelas. Sebelah kananku akan selalu kosong hingga jam pelajaran usai. Tak ada yang akan duduk di sana seakan semua teman sefakultasku tahu kalau di sebelah kanan kursiku adalah milik seseorang yang dahulu pernah ada. Sedangkan di sebelah kiriku, juga bukan kursi favorit banyak orang. Hanya ada beberapa nama yang mau duduk di sana, jika sangat terpaksa. Tak banyak yang mau berbasa-basi denganku atau menanggapi basa-basiku. Aku tidak dikucilkan, aku bisa bersosialisasi, hanya saja, sejak kejadian itu, semuanya tak lagi sama.
“Saka...” Rio melambai padaku, dia adalah salah satu dari sedikit orang yang mau duduk di sebelah kiriku, seperti hari ini.
“Hai,” sapaku.
“Sudah selesai tugasmu?”
“Tentu. Kamu?”
“Belum.” Rio menggaruk rambutnya.