Saka POV
Hari masih pagi saat aku melangkah meninggalkan kamar asramaku. Ada kuliah pagi hari ini, namun tak sepagi ini seharusnya. Tak ada lagi yang bisa aku kerjakan di kamar, berjalan kaki menuju kampus kupikir bisa mengisi waktu yang berjalan sangat lambat. Saat aku keluar dari area gedung, langit mendung menyambutku. Memang sudah masuk musim penghujan, payung lipat pun sudah aku siapkan di dalam ransel belakang. Bukan apa-apa, aku membawa laptop dan akan sangat repot jika sampai basah. Aku pun tak ingin berjalan tergesa-gesa hanya karena menghindari hujan. Aku ingin menghabiskan waktu hingga Sabtu esok hari.
Langit masih berpihak padaku, air hujan baru turun saat aku sudah berada di dalam kelas, duduk di kursi yang sama di setiap kelas. Sebelah kananku akan selalu kosong hingga jam pelajaran usai. Tak ada yang akan duduk di sana seakan semua teman sefakultasku tahu kalau di sebelah kanan kursiku adalah milik seseorang yang dahulu pernah ada. Sedangkan di sebelah kiriku, juga bukan kursi favorit banyak orang. Hanya ada beberapa nama yang mau duduk di sana, jika sangat terpaksa. Tak banyak yang mau berbasa-basi denganku atau menanggapi basa-basiku. Aku tidak dikucilkan, aku bisa bersosialisasi, hanya saja, sejak kejadian itu, semuanya tak lagi sama.
“Saka...” Rio melambai padaku, dia adalah salah satu dari sedikit orang yang mau duduk di sebelah kiriku, seperti hari ini.
“Hai,” sapaku.
“Sudah selesai tugasmu?”
“Tentu. Kamu?”
“Belum.” Rio menggaruk rambutnya.
Menyadari jam kuliah sudah hampir mulai, kami mengeluarkan laptop dari dalam ransel. Sebagai mahasiswa jurusan akuntansi semester 6, aku bukanlah mahasiswa yang pintar. Kelebihan yang aku punya adalah aku memiliki lebih banyak waktu jika dibandingkan mahasiswa lainnya sehingga aku tidak kesulitan mengerjakan tugas. Saat mahasiswa lain menumpuk tugasnya di akhir pekan atau ketika sudah mendekati tanggal dikumpulkan, aku akan langsung mengerjakannya secepat mungkin. Nilaiku mungkin tak sempurna, namun aku selalu menyelesaikannya tepat waktu. Dengan begitu aku tetap memiliki akhir pekan untuk perjalanan ke Palagan, kota yang selama 8 bulan ini hampir tak pernah absen aku kunjungi di akhir pekan. Sebuah perjalanan menggunakan kereta yang menghabiskan setidaknya 6 jam. Meski untuk itu aku harus sangat berhemat dalam menggunakan uang transferan dari rumah, dan bahkan mencari uang tambahan dengan menawarkan jasa dan waktuku sebagai tenaga serabutan di kafe atau restoran yang membutuhkan di kota ini. Ya, besok aku akan ke Palagan. Naik kereta paling pagi pukul 5, aku akan tiba di sana pukul 11 lebih. Setelah makan di stasiun aku akan melanjutkan perjalanan selama setengah jam menggunakan ojek online. Kereta senja akan membawaku pulang kembali. Sekitar tengah malam, aku akan sampai kembali ke kota Sibaru ini. Memikirkannya saja, sudah membuatku bersemangat.