Menghapus Bayangmu

Alexa Rd
Chapter #3

Dunia yang Berbeda

Saka POV

 

Perkuliahan sudah berlangsung selama dua bulan, aku sudah mendapatkan pekerjaan di sebuah restoran. Pekerja paruh waktu, aku hanya membantu di akhir pekan. Sabtu dari pukul 3 sore hingga 10 malam dan Minggu dari pukul 9 pagi hingga 10 malam. Gajinya dibayar harian, lumayan untuk membayar biaya rental komputer dan membeli buku di semester awal ini, sisanya aku tabung untuk kebutuhan dadakan dan jika aku beruntung, aku bisa membeli laptop baru, entah di semester berapa nanti.

 

“Saka, sepertinya ada yang naksir padamu,” suara Arjuna dari samping kananku.

“Naksir? Padaku? Siapa?”

“Tuh...” Kepala Arjuna memberi kode.

Aku ikuti arahnya. Tiga teman perempuan langsung mengalihkan pandangan mereka sambil menahan senyum mereka. Aku mengenal mereka meski tidak dekat, pastinya pernah berbasa-basi karena kami mengambil jurusan yang sama. Tapi naksir? Sepertinya aku tidak seberuntung itu.

“Kamu ada-ada saja. Mana ada yang naksir aku.”

“Kenapa tidak percaya? Mereka dari tadi melihat ke arahmu.”

“Mungkin mereka melihat kamu.” Ya, lebih mudah dipercaya kalau mereka naksir Arjuna dibandingkan aku. Arjuna lebih tampan, lebih ramah, lebih keren untuk dijadikan pacar.

“Aku sudah sering bicara dengan mereka, kalau mereka naksir aku, aku pasti tau. Lagipula, aku sudah punya pacar.”

“Oh ya? Siapa?”

“Kau tidak kenal. Dia anak seni. Kapan-kapan aku kenalkan.”

Aku tidak melihat ada manfaatnya mengenalkan pacarnya padaku, tapi aku mengangguk saja.

“Kau betul-betul tidak tertarik dengan gadis-gadis di sini?”

Aku melihat sekeliling kami. Tanpa sengaja pandanganku berpapasan dengan tatapan Erika, salah satu dari 3 gadis yang ditunjuk oleh Arjuna tadi. Apa benar dia suka padaku? Aku hanya tersenyum padanya lalu berlanjut menyapu pandangan ke kerumunan teman perempuan lainnya sebelum kembali melihat Arjuna dan menggeleng.

“Hmm... tidak salahmu. Gadis-gadis disini tidak terlalu menarik. Kau harus bertemu dengan teman-teman pacarku. Anak seni banyak yang cantik.”

“Aku tidak cocok berpacaran.”

“Kenapa? Kita ini masih muda. Jangan terlalu serius.”

“Aku tidak punya waktu.” Dan uang tentu saja. Aku bisa membayangkan apa yang diharapkan gadis-gadis saat mereka berpacaran.

Lihat selengkapnya