Menghapus Bayangmu

Alexa Rd
Chapter #12

Pertemanan Baru

Agnia POV

 

Semalam, sepertinya baru pukul 1 lebih aku bisa tertidur. Hari ini ada kuliah pagi, ingin rasanya aku tetap berada di balik selimut ini jika tak mengingat kalau aku sudah cukup jauh tertinggal. Saat keluar kamar, Ayah sedang duduk di ruang tengah. Dia masih memakai bajunya semalam. Apakah dia akan keluar lagi hari ini? Tapi aku tidak bertanya, kakiku tetap melangkah pada tujuannya, ke kamar mandi.

 

Saat aku keluar dari kamar mandi, Ayah sudah tidak tampak. Mungkin dia kembali ke kamarnya, bersiap memulai perjalanannya yang entah ke mana. Aku tak ingin ambil pusing lagi. Aku akan belajar mengelola kafe dari Mas Bas. Tapi saat aku turun, aku melihat Ayah sedang mengisi botol-botol saus di dapur.

 

“Ayah tidak akan keluar hari ini. Kau tak perlu pulang buru-buru, bersenang-senanglah, Agni,” kata Ayah tanpa mengalihkan pandangannya dari lelehan saus yang mengalir ke dalam botol.

 

Aneh, bukankah ini yang aku inginkan? Ayah ada di rumah, Ayah ada untukku. Tapi aku tidak terlalu merasa senang. “Agni berangkat dulu, Ayah.” Aku melangkah menuju pintu keluar dari dalam dapur.

 

Dari rumah aku berjalan ke shelter untuk menunggu bus nomor 14 yang akan membawaku langsung ke depan gerbang kampus negeri ternama di kota ini. Aku tidak diterima di sini karena keberuntungan, uang, ataupun koneksi. Aku belajar melebihi teman-temanku yang lain sejak kecil. Aku membaca lebih banyak, mengerjakan tugas lebih cepat, mengikuti berbagai kegiatan, dan apa saja yang bisa memberiku nilai lebih untuk bisa diterima di sini. Semua agar aku bisa tinggal di kota ini, bersama Ayah dan Ibu.

 

Sepertinya Saka belum datang. Aku memang masuk kelas lebih pagi dibanding kemarin. Tak ada teman-temanku yang aku temui di koridor tadi, mungkin mereka tak ada kelas pagi sepertiku.

 

“Hai... Feni, kan?” Aku menyapa seorang mahasiswi yang baru duduk di belakangku. Kami sudah berkenalan kemarin, tapi belum sempat berbincang.

“Hai... Agnia. Pagi sekali kamu datangnya.”

“Iya, rumahku agak jauh jadi lebih baik kepagian dibandingkan terlambat karena jalanan sudah macet, kan.”

“Di mana rumahmu?”

“Daerah Loka.”

“Lumayan jauh juga ya. Jadi kamu asli orang sini ya?”

“Tidak juga. Kamu orang sini?”

Feni menggeleng. “Aku dari provinsi Gutern, aku kos di sini.”

“Oh... banyak mahasiswa dari luar kota ya.”

“Oh ya, Agni, kamu sudah kenal Saka sebelumnya?”

Aku menggeleng. “Kenapa?”

“Tidak apa-apa, kamu langsung duduk di sebelahnya, aku kira kalian saling mengenal.”

“Aku cuti selama dua semester. Baru beberapa orang yang aku kenal di sini termasuk kamu. Kebetulan aku suka duduk di depan, dan kursi sebelah Saka kosong, jadi ya... aku duduk saja.”

“Oh... begitu.” Perubahan ekspresi wajahnya membuatku penasaran.

“Kenapa?”

“Ah tidak apa-apa.” Dia tidak ingin mengatakannya, aku bisa menebak, lalu aku terpikir sesuatu.

“Apa Saka sudah punya pacar? Apa pacarnya akan marah kalau aku duduk di sebelahnya? Atau kemarin pacarnya tidak masuk sehingga kursi itu kosong?” Aku mulai khawatir.

“Tidak... tidak. Setahuku Saka belum punya pacar, kalaupun ada, dia tidak kuliah di sini. Aku tidak pernah melihat dia pacaran di sini. Kursi itu kosong kok, dulu ada yang duduk di sebelah Saka, namanya Arjuna, dia sahabat Saka. Mereka sangat dekat.”

“Hmmm... lalu di mana dia sekarang?”

Lihat selengkapnya