Menghapus Bayangmu

Alexa Rd
Chapter #15

Hati yang Berharap

Agnia POV

Aku mengaduk saus spaghetti lalu memasukkan irisan sosis untuk menu makanku malam ini. Persediaan bahan makanan sudah hampir habis, aku harus berbelanja minggu besok. Ayah sudah memberi kabar, dia berlayar ke Eropa, menjadi salah satu pegawai di dapur kapal asing. Memasak untuk orang banyak sementara anak satu-satunya harus mengurus dirinya sendiri. Tapi aku sudah bukan anak kecil lagi. Aku bukan Agnia kecil yang merengek bertanya di mana ayah dan ibuku pada nenek. Semua akan baik-baik saja.

Kupindahkan piring spaghettiku ke salah satu meja kafe lalu duduk di sana. Mau aku apakan ruangan ini? Meja-meja ini? Menutup kafe sebenarnya sangat disayangkan. Kafe ini sudah memiliki pelanggannya sendiri. Hingga saat ini masih banyak yang datang lalu pergi lagi setelah melihat papan TUTUP di depan pintu masuk. Tapi aku belum mampu mengelolanya sendirian. Meski dibantu Mas Bas pun, rasanya aku belum sanggup jika masih kuliah. Satu setengah tahun lagi ayah akan kembali. Satu setengah tahun lagi, jika tak ada halangan, aku pun akan lulus. Mungkin sudah tak terpikirkan lagi untuk membuka kafe. Mungkin, entah aku akan pergi ke mana. Tapi di sinilah kenanganku bersama Kania dan Ibu. Meski tak banyak, tapi aku tak ingin lupa. Kenapa ayah justru ingin melupakannya.

Oh ya, aku teringat sesuatu. Kukeluarkan ponsel dari dalam saku celanaku.

"Saka suka makan apa?" Kenapa aku lupa bertanya padanya tadi di kampus.

"Apa saja," jawab Saka cepat.

"Tidak ada yang tidak disukai atau tidak ingin dimakan dalam waktu dekat?"

"Tidak ada."

"Baiklah."

Awalnya, rencanaku tentu dia akan menjadi salah satu pengunjung kafe, tapi kini dia akan menjadi tamu satu-satunya. Mungkin akan menjadi sebuah kencan, ya, sepertinya begitu. Bukan kencan seperti untuk sepasang kekasih, tapi kencan untuk aku dan Saka yang sama-sama tidak memiliki pacar. Tidak akan ada yang marah, seharusnya tidak ada. Kalaupun ada, itu bukan salahku karena Saka berkata kalau dia belum punya pacar. Hanya ada gadis yang disukainya, gadis misterius karena tak ada yang tahu siapa dia. Bukan teman kami di kampus. Saka tak pernah bercerita, namun setiap kali dia teringat gadis itu, wajahnya sendu. Beruntung sekali gadis itu bisa dicintai Saka dengan sepenuh hati. Tapi malang sekali Saka, karena gadis itu tidak mencintainya. Kalau aku jadi gadis itu, aku pasti akan memberikan cintaku padanya, pada orang yang mencintaiku sepenuh hati. Tinggal 3 hari lagi menuju Sabtu.

 

=====

 

Sebenarnya tidak terlalu susah hidup sendiri. Aku bangun tidak harus sepagi biasanya karena tak ada lagi ayah yang mengharuskan aku sarapan di pagi hari. Aku bisa bangun, makan mi instan atau membuat makanan dengan cepat, atau bahkan berangkat kuliah tanpa sarapan. Kalau lapar aku akan makan di kantin. Hingga saat ini aku tidak mengkhawatirkan masalah keuangan. Ayah sudah mengirim uang untuk kebutuhanku selama satu bulan, dan dengan sisa uang yang aku temukan di mesin kasir, aku bisa makan dengan enak hingga 1,5 bulan. Jika aku memasak, mungkin aku bisa menggunakan uang itu hingga 2 bulan lebih. Jika aku mau, aku bisa pergi bersama teman-temanku setiap selesai kuliah. Pulang di malam hari dengan bebas. Ayah berkata untuk mengabarinya jika uang sakuku habis. Namun aku tidak ingin melakukannya. Aku bahkan tak pernah menghubungi ayah kecuali dia meneleponku atau mengirim pesan. Jika ayah tidak menginginkanku, maka aku juga tidak ingin bergantung padanya.

Saat aku tiba di kelas, Saka sudah ada di sana. Kelas sudah cukup ramai karena aku sengaja berangkat lebih siang hari ini.

Lihat selengkapnya