Agnia POV
Aneh sekali rasanya setelah aku mengatakan pada Saka kalau aku suka padanya. Sebenarnya ini bukan kali pertama, sebelumnya seingatku aku sudah pernah berkata padanya. Di depan Bayu, iya, sepertinya di depan Bayu. Tapi tidak seperti ini. Kali ini aku benar-benar yakin aku menyukainya sebagai seorang laki-laki, bukan teman. Laki-laki yang aku ingin hanya melihatku sebagai perempuannya, hanya aku saja.
Aku merasa aneh karena perasaanku campur aduk. Aku merasa gugup. Tak kusangka aku akan mengatakan hal ini pada laki-laki. Aku merasa senang, karena aku ingin Saka tahu kalau aku menyukainya, dan sudah aku lakukan. Aku merasa khawatir, karena aku tahu Saka menyukai orang lain. Tapi pada akhirnya, aku merasa lega. Ya, lega. Apapun nanti, setidaknya Saka tahu perasaanku padanya. Aku memacu motorku lebih kencang, merasakan terpaan angin malam di kota Sibaru.
Rumah masih gelap saat aku masuk melalui pintu dapur. Kini aku semakin terbiasa dengan kegelapan. Aku melenggang menuju tangga tanpa menghidupkan lampu. Sampai di atas, entah hilang ke mana perasaan lega-ku tadi. Aku menghidupkan lampu lalu duduk di kursi tempat aku dan Saka tadi makan. Kenapa aku menyukainya, kenapa aku menyukai Saka yang menyukai orang lain? Bukankah aku ingin dicintai secara mutlak, dicintai dengan sepenuh hati? Lalu kenapa Saka yang jelas-jelas menyukai orang lain? Ada apa denganku? Tapi saat ini, aku ingin Saka hanya menyukaiku.
“Kalau sudah sampai kos, kabari aku ya...” kukirim sebuah pesan padanya lalu menyeret tubuhku ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi, aku melihat ada pesan masuk. Bukan dari Saka, tapi dari Mas Baskoro.
“Apa kabar Agnia? Sedang keluar ya? Aku tadi lewat depan rumahmu, masih gelap. Kamu sehat kan? Jangan berhenti berkabar.”
Aku segera menjawabnya, sudah lama sepertinya aku tidak bertemu Mas Bas.
“Aku sehat. Mas Bas sendiri bagaimana kabarnya? Iya tadi masih di jalan.”
“Aku baik. Besok ada acara? Boleh aku main ke rumahmu?”
Rasanya agak aneh. Belum pernah Mas Bas minta izin untuk ke rumah sebelumnya. Biasanya dia akan langsung datang.
“Aku belum ada rencana keluar. Main saja Mas. Jangan terlalu pagi ya, hehe...”
“Oke. Selamat istirahat, Agnia.”
“Selamat istirahat, Mas Bas.”
Belum sempat aku meletakkan ponselku, ada pesan lainnya yang masuk. Dari Saka kali ini. Aku langsung membukanya.