Saka POV
“Tumben kelihatan, gak kerja atau keluar?” tanya Edo ketika kami bertemu di balkon.
“Tidak. Lagi ingin istirahat.” Aku duduk di kursi menghadap ke atap-atap perumahan di depanku. Dari sini aku bisa melihat Edo menyalakan rokoknya.
“Gak sakit kan?” Aku menggeleng lalu Edo bertanya lagi, “Gadis yang sering datang bersamamu naik motor itu, pacarmu?”
Edo bukan orang pertama yang bertanya mengenai Agnia. Beberapa temanku kini sering melihat Agnia di halaman depan dan ada juga yang melihat kami saat makan bersama di warteg.
“Bukan, kami mengambil beberapa mata kuliah yang sama.”
“Sayang sekali. Kalian tampak serasi.”
“Betulkah?” tanyaku.
“Iya. Jadi... siapa yang suka siapa?”
Aku tertegun mendengar pertanyaan Edo. “Maksudmu?”
“Kau dan temanmu itu, siapa yang suka siapa? Ayolaaahh. Laki-laki juga butuh cerita.” Kedua tangannya menumpu pada tembok pembatas balkon. Kini separuh tubuhnya bisa aku lihat dengan jelas.
Edo memang teman yang menyenangkan untuk diajak berbincang, meski begitu aku tidak terlalu sering membicarakan kehidupanku padanya. “Apa kalau ada laki-laki dan perempuan berteman, selalu ada yang suka di antara mereka?”
“Tidak selalu, tapi kebanyakan. Biar aku tebak... gadis itu menyukaimu ya?” Dia mengambil batang rokok dari mulutnya, asap rokok tebal terlihat melayang di atas kepalanya.
“Dia bilang begitu.”
“Waww... kamu sudah ditembak?” Edo menegakkan tubuhnya, antusias. “Lalu?”
“Tidak ada.”
“Tidak ada? Kau menolaknya?”
“Tidak persis begitu. Dia tidak meminta respons.”
“Tidak mungkin. Seorang wanita pasti ingin tahu jawabannya, kecuali... kecuali kalau dia sudah tahu apa yang akan jadi jawabanmu. Kau tidak suka padanya?”