Saka Hotel.
Remang-remang lampu berandanya bukanlah sebuah ketidaksengajaan. Memang begitulah ciri khas hotel tak berbintang di kota ini. Salah satunya adalah bangunan kumuh itu.
Pada era edan ini, negara berkembang harus mengalami kemunduran dan bergabung kembali dalam lingkaran benua terbelakang. Menyebabkan rakyatnya tertinggal jauh, baik dari segi gizi maupun pengetahuan. Sebagai contoh generasi terbelakang zaman ini adalah dua remaja yang kini berjalan sejajar menghampiri beranda Saka Hotel dengan langkah biasa. Lelaki bertubuh tinggi berkulit sawo matang berada di kiri dengan busana celana jins model kapak dipadu jaket berbahan sama. Pandangannya berbelok ke samping, menatap gadis bertubuh lebih pendek darinya dengan sendu.
Entakan napas dilepaskan si lelaki sembari menggenggam tangan sang gadis. Gadis itu menggenggam lebih erat, menyatukan jari-jemari mereka semakin melekat dan keringat dinginnya melebur di sana. Mereka tiba di beranda hotel remang-remang itu.
"Are you sure about this, Bang?" Gadis belia dengan kepang kuda di balik kepala itu membasahi bibir penuh keraguan. Ia berdiri menghadap sang kekasih yang bertubuh jangkung tersebut.
Si lelaki mengambil tangan sang gadis dan merapatkan ke dada. Lalu mengecup puncaknya lembut.
"Kita sudah pernah melakukan ini sebelumnya," katanya manis.
Banyak kendaraan berkeliaran di jalanan. Kehidupan malam kota ini memang dimulai tepat setelah pergantian tanggal, kurang lebih lima belas menit lalu.