“Sil, bangun”, kataku membangunkan Sisil. Ia tertidur sejak mengikuti pelajaranku. Apa pelajaranku terlalu membosankan baginya?
“Sil, bagun. Semua sudah istirahat. Apa kamu masih mau tidur juga?” kataku lagi, sambil menggoyang-goyangkan tangannya dengan lembut.
Anak ini menggeliatkan kepalanya. Ia mulai sadar perlahan. Matanya terbuka dan memandangiku.
“Udah selesai?” tanyanya polos.
Rasanya ingin marah, jika saja kau adikku sudah aku suruh cuci muka atau keluar dari kelas.
“Sudah, ambil makanan kamu dan ke kantin. Lampu akan dimatikan.”
Seperti tidak memiliki empati sama sekali, anak ini keluar begitu saja. Ia tidak membereskan apapun di mejanya. Semua terlihat berantakan. Segera setelah ia pergi keluar, aku mematikan lampu dan kembali ke ruangan ku.
“Miss, ini dari Alinson. Ia berulang tahun hari ini.” Kata salah satu rekanku.
Aku segera menerima makanan yang ia berikan. Tak lupa mengucapkan terima kasih tentunya. Tak lama, aku melihat Alinson masuk ke ruang guru. Ia membawa beberapa kantung souvenir dan membagikannya kepada kami.
“Ini dari kamu ya?” tanyaku sambil menunjuk ke kotak makan siang. Dengan seyum manisnya ia mengiyakan.
“Selamat ulang tahun ya Alinson” kataku.
Jam makan siang aku bertemu beberapa teman lain. Mereka memesan makanan dan kami duduk satu meja. Licca menunjukkan bahwa ia sedang memesan makanan secara daring. Tak berapa lama setelah makanannya tiba, ia membukanya.
“Cobain, ini enak banget. Lagi diskon lagi.” Katanya. Ia segera saja meletakkan beberapa sendok ke piring makanan kami semua.
“Ini apaan sih? Amis banget!” tanya Mark.
“Ini namanya pepes boga bahari.” Jawab Licca.
“Boga bahari?” sindir Mark lagi. “Kok kaga pernah denger ya. Sea food kali!”
“Ye, namannya juga guru bahasa wajar donk kalau kita menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.”