16Dan ketika tadi malam, saya melepas almarhum dengan doa, “Kami bersaksi bahwa almarhum min ahlil khair ….” Sungguh, benar-benar saya tak dapat menemukan kekurangan almarhum. Tak muncul dalam benak saya sedikit pun. Almarhum orang baik. Selalu siap dimintai bantuan. Tepat waktu memenuhi janji pertemuan. Selalu tersenyum kepada siapa saja, kapan saja. Ya, kami kehilangan. Kehilangan seorang guru yang sangat baik hati.
Almarhum all out, dengan penuh totalitas membimbing murid-muridnya.
Targetnya selalu sama: karya yang dihasilkan. Mas Her membimbing anak-anak SMA Plus Muthahhari dan membantu mereka menerbitkan buku. Anak-anak senang sekali karya mereka diter -bitkan. Terakhir, almarhum memberikan buku hasil kelas menulis ibu-ibu yang dibimbingnya. Saya masih ingat tanda tangan dan pesannya. Hampir setiap buku baru beliau berikan kepada saya dengan tanda tangan khasnya itu. Pulpen yang ukurannya sedikit tebal. Ah, saya tidak dapat membalas kebaikan almarhum dengan semestinya. Tidak akan pernah. Dan betapa kehilangan itu tak milik kami saja. Tapi, negeri ini. Satu di antara pencapaian almarhum menurut saya adalah aktivitasnya dalam giat literasi di negeri ini, tepat di saat menghadapi serangan era digital dan berbagai problematikanya. Seperti seorang wali yang tahu masa depan, kegiatan almarhum di tahun-tahun terakhir adalah serangkaian perangkat yang ia siapkan untuk menghadapi generasi serba-instan di era digital. Kemampuan baca tulis dan daya kritis. Tanpa keduanya, anak-anak muda akan rentan terpapar berita hoax, provokatif, dan adu domba komoditas kepentingan kelompok tertentu. Peran Mas Her teramat besar untuk itu. Seakan disiapkan Tuhan, sebelum memasuki era digital, Mas Her keliling Nusantara mempersiapkan generasi masa depan untuk menghadapi itu semua.
Mengikat Makna Selamanya
17Ribuan orang terinspirasi oleh perkhidmatannya. Saya masih ingat di antara safarinya itu, ia ditanya seorang peserta: mengapa Bapak mengajak kami membaca dan menulis, bukankah Nabi kita tak bisa membaca dan menulis? Kini, saat bangsa ini sedang membutuhkan penopang untuk mem-bimbing baca tulis dan daya kritis itu, Allah ta’ala memanggil guru ini ke haribaan-Nya. Pada hari yang baik di bulan yang baik. Saya bayangkan ribuan muridnya mengantarkan almarhum dengan doa. Namamu abadi, Mas. Engkau min ahlil khair. Aku yakin, teladan kekasih hati, kerinduanmu yang sejati, menunggu nun jauh di seberang itu. Kami mungkin kehilangan dirimu. Tapi, dalam setiap lembar buku, kau akan hadir di situ. Itu warisanmu, Mas. Selamat jalan, Guru. Mas Her mendampingi banyak karya pendidikan. Sekolah-sekolah Muthahhari, murid-muridnya, guru-gurunya, training-training yang kami selenggarakan. Kiprahnya terlalu banyak untuk sebuah tulisan singkat. Doa dan belasungkawa kami.[]Malaikat Juga Tahu Siapa yang Jadi Juaranya
Selamat JalanJuru Mengikat Makna*Oleh: Bambang Trim**Seperti bergegas setelah 2017 menerbitkan buku Flow di Era Socmed: Efek Dahsyat Mengikat Makna, Hernowo pada awal tahun 2018 kembali menerbitkan buku bertajuk Freewriting—buku berkover merah menyala yang mengajarkan bagaimana menerapkan teknik menulis secara bebas.