Life Begins at FourtyOleh: Yuliani Liputo*Untuk membuat tulisan ini, saya menggali kenangan dari diari tahun 1998-1999. Pada saat itu, virus baca-tulis yang disemai Mas Hernowo di kantor mulai menjalari saya. Hampir setiap hari saya membuat catatan harian yang ditulis tangan, sebagaimana yang beliau sarankan. Sebuah kebiasaan yang bertahan cukup lama, sebelum akhirnya tergerus oleh kebiasaan mengetik di komputer dan di layar hape.Saya menemukan catatan berikut yang merekam dengan baik kesan saya tentang beliau saat itu: “Beruntung sekali ada yang seperti Mas Her di DBU**, selalu menyalakan semangat untuk belajar, bersungguh-sungguh dalam mengerjakan apa pun yang dihadapi, mencari tahu hal-hal baru, dan untuk selalu menulis.” (9 November 1998). Periode 1998-1999 adalah masa-masa transformatif Mas Hernowo.
Saat itu, beliau baru memasuki usia awal 40 tahun saat dan sedang gencar-gencarnya menulis. Mas Hernowo berubah dari seorang yang sering merokok sambil tampak terkurung dalam pikirannya sendiri menjadi seorang yang berhenti merokok dan rajin berbagi isi pikirannya dalam bentuk tulisan. Perubahan yang dilakukannya dalam waktu singkat. Saya ingat, Mas Hernowo bilang,* Editor Penerbit Mizan sejak 1994.
** Divisi Buku Utama, salah satu divisi di Penerbit Mizan.