Ya, Saya IzinkanOleh: Sulhan Yusuf*Pukul 22.53 Wita, Kamis, 24 Mei 2018, adik ipar saya, Lisa Mulkin, menulis status di lini masa akun Facebooknya, menguritakan kepulangan pada keabadian Hernowo Hasim. Saya ditandai olehnya. Sialnya, saya tidak langsung baca urita itu. Ponsel saya kehabisan energi saat saya pulang ke mukim. Keesokan harinya, pulang dari masjid, usai tunaikan Subuh, barulah saya buka setelah semalaman saya charge. Dari grup Literasi Bantaeng, seorang kisanak, Abdul Rasyid Idris, juga mengabarkan kabar duka itu. Lisa adalah murid kelas menulis Hernowo, sedangkan Abdul Rasyid merupakan karib Hernowo. Tanda perkariban mereka, salah satunya, berwujud torehan pengantar untuk buku Abdul Rasyid, Dari Langit dan Bumi.Berpulangnya Hernowo mengingatkan saya pada dua tulisan yang pernah saya babarkan. Pertama, “Flow Like Water”, yang dimuat pada media online, Edunews, edisi 29 Agustus 2016. Sedangkan tulisan lain, berjudul, “Lisa, Mas Her, dan Free Writing”. Tulisan kedua, serupa catatan saya di Facebook, per tanggal 27 Januari 2016. Pada tulisan pertama, di situ saya mengulas buku baru Hernowo, sekaligus keterlibatan Rasyid Idris dalam diskusi dan kehadiran beliau di Makassar. Adapun tulisan kedua, sebentuk catatan ulasan saya atas aktivitasnya membuka kelas menulis berbasis free writing, yang salah satu muridnya adalah Lisa Mulkin.
**** Pegiat literasi, mukim di Makassar.
46Kala itu, pada 2004, kalau tidak salah ingat. Seorang kawan me ngenalkan saya kepada seorang pemimpin perusahaan yang bergerak di bidang industri penerbitan buku, Penerbit Mizan. Orang itu bernama Ali Abdullah, pemimpin Mizan Media Utama (MMU)—salah satu unit bisnis Penerbit Mizan, yang bergerak pada pemasaran buku-buku terbitan Mizan. Setelah berbincang hampir sejam, di pucuk percakapan beliau bertanya kepada saya, “Jikalau MMU mengamanahkan selaku kepala perwakilan untuk wilayah Makassar, bersediakah Mas Sulhan?” Saya tidak langsung mengiyakan, tapi minta pendapat dahulu pada keluarga saya di mukim. Dan, semuanya berujung pada kesepakatan, saya menerima amanah itu. Belum cukup sebulan saya mengemban tugas selaku Kepala Perwakilan MMU Makassar, yang masih di bawah naungan wilayah Surabaya, datanglah seorang pemimpin lain dari Penerbit Mizan, pada unit lain, Mizan Learning Centre (MLC). Unit yang khusus menggarap program-program penguatan peningkatan minat baca tulis. Belakangan ini, lebih disebut sebagai program literasi. Saya mengistilahkannya saja divisi literasi. Dan, pemimpin MLC ini adalah Hernowo Hasim. Inilah momen persuaan perdana saya dengan beliau. Kedatangan Hernowo Hasim—saya lebih akrab menyapanya Mas Her—ketika itu dalam rangka menangani satu pelatihan yang berkaitan dengan pengenalan konsep multiple intelligences (kecerdasan majemuk).