64hari datang itu masih saja terlipat layu menunggu tuannya yang sudah terbujur kaku. Saya pun tak berani menyentuhnya hingga meninggalkan rumah almarhum.Selepas shalat Jumat, jenazah dishalatkan di masjid terdekat. Sangat banyak jamaah yang menshalatkan. Semua jamaah shalat bersaksi bahwa almarhum adalah orang baik. Bergerak ke pemakaman, puluhan mobil dan motor mengiringi am-bulans menuju tempat peristirahatan terakhir. Shalat dan doa mengiringi kepergian almarhum. Para ustaz dan mubalig mengatakan bahwa setelah seluruh keluarga dan sahabat meninggalkan makam, maka je -nazah akan sendirian tanpa teman menghadapi pelbagai pertanyaan malaikat tentang perbuatan semasa hidup. Malam pertama di kubur merupakan malam menakutkan. Namun, beberapa orang yang mencintai almarhum pada malam itu, tegak menghadap Allah, Tuhan semesta alam, memohonkan ampunan untuk almarhum seraya melantunkan doa-doa bagi keselamatannya di alam kubur. Siapakah almarhum Mas Her yang dicintai demikian hebatnya? Jagat maya dipenuhi ungkapan duka dan kehilangan dari para murid, kenalan dan sahabat, serta rekan kerja. Adakah beliau pejabat atau mantan pejabat? Adakah beliau orang kaya? Adakah beliau orang berilmu dengan sederet gelar? Dari semua itu, tak satu pun dia miliki. Bagi saya, Mas Her adalah orang baik, orang tulus. Karena baik dan tulusnya, kepergiannya ditangisi. Jujur, saya iri dengan sikap hidup Mas Hernowo. Hubungan personal saya dengan almarhum terbangun lebih dari dua puluh tahun lalu. Seusia anak sulung saya dan boleh dikatakan sepanjang karier istri saya bekerja di penerbitan. Pertemuan rutin saya dengan beliau adalah saat Lebaran dan setiap saat saya merasa ingin bertemu beliau.
Dalam setiap pertemuan di rumahnya atau di rumah saya, topik yang Mengikat Makna Selamanya
65dibicarakan tidak akan pernah jauh dari kegiatan baca tulis. Dan saat segala sesuatu mengenai baca tulis diungkap, maka semangat almarhum bangkit menyala. Saya kira, di darahnya mengalir huruf karena kecintaannya pada membaca dan menulis. Membahas tulisan atau buku adalah hidupnya.
Sampai-sampai, dorongan beliau membuat saya mulai membeli dan membaca buku dengan topik apa saja.Saking semangatnya soal buku, kami pernah bersepakat bahwa setiap pelamar pekerjaan seharusnya mencantumkan buku terakhir yang dibaca dalam curriculum vitae-nya. Dengan demikian, perusahaan bisa tahu bahwa pelamar adalah juga seorang pembelajar. Mas Her tak pernah pelit membagikan ilmu, buku, dan apa saja yang ia miliki. Selama orang lain bisa berbuat dengan bantuannya, maka beliau akan senang. Pernah, saya minta Mas Her menilai tulisan saya. Apa jawaban Mas Her? “Bagus, Basyrah.” Almarhum adalah orang suka memuji, kadang kata yang dipilih pun terkesan berlebihan. Mungkin, maksud beliau memberi motivasi. Jika memang suatu tulisan bagus atau berkesan bagi beliau, maka beliau menggunakan kata: hebat!, luar biasa! Sebaliknya, jika tidak setuju atau tidak berkenan, almarhum meng-gunakan kata: heran saya, kok bisa begitu? Sepanjang kenal beliau, tidak pernah saya dengar beliau menghujat. Kembali, sifat tulus almarhum yang saya rasakan adalah ketika ia mengirim beberapa buku. Semuanya buku motivasi tentang baca tulis.
Perhatian beliau itu sepertinya menginginkan saya jadi seorang penulis.
Dan saya sadari betul bahwa itu semua bukan hal yang dibuat-buat. Mas Hernowo adalah jenis orang yang apa adanya. Bagi saya, beliau adalah orang yang tak pandai berbohong atau memanipulasi perasaan.