70puzzle literasi. Pak Hernowo telah berperan melengkapi kesempurnaan dunia literasi melalui dua konsep tersebut.
Secara praktis dan pragmatis, konsep Free Writing, sempat dipraktikan Pak Hernowo dalam pertemuan Kopdar SPN V di kampus ITS Surabaya. Saat itu, beliau memaparkan Free Writing di depan peserta. Ambil waktu sekitar 10-15 menit setiap hari, lalu setel alarm. Mulailah mengetik atau menulis dengan tangan. Tulislah apa saja. Tanpa jeda. Tanpa memperhatikan tata bahasa, diksi, dan tanda baca. Biarkan mengalir saja. Keep moving kata Natalie Golberg. Berhentilah ketika alarm berbunyi. Selesai. Lalu, apa maknanya?Menurut Pak Her, dengan rajin melakukan Free Writing, berbagai pikiran negatif, emosi yang tidak baik, kekecewaan, dan lain-lain, akan terkuras atau tersalurkan. Hasil tulisan Free Writing tidak dipublikasi. Tidak untuk dibaca orang lain sebab boleh jadi isinya mengandung hal-hal yang sensitif, rahasia, atau tulisan subjektif lainnya. Sebagian orang sering merasa bingung harus bagaimana memulai menulis? Apa idenya? Bagaimana menuangkan ide menjadi sebuah tulisan yang menarik? Di sinilah konsep Mengikat Makna diajarkan Pak Hernowo.
Kita tentu punya pengalaman pribadi atau mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain. Hal ini bisa menjadi sumber ide tulisan kita. Kita bisa membuat tulisan atas dasar pengalaman tersebut. Tetapi, jika kita membaca sebuah buku lalu mendapat ide-ide yang bisa dikembangkan menjadi tulisan baru, ide yang kita ambil dari bacaan tersebut kita ikat menjadi tulisan baru. Sehingga, hasil bacaan dari sebuah buku berpotensi menghasilkan banyak tulisan baru dengan menggunakan konsep Mengikat Makna.
Mengikat Makna Selamanya
71Dalam proses membaca, menurut Pak Her, lakukanlah dengan dengan suara agak keras sehingga kita bisa mendengar apa yang kita baca, tidak terburu-buru, memberi garis bawah atau menggunakan stabilo pada poin-poin yang dianggap penting. Membaca sebuah buku tidak harus diselesaikan secara tuntas saat itu. Bacalah dengan cara mengemil. Sedikit demi sedikit. Tentunya buku yang dimaksud adalah buku yang memerlukan pencernaan lebih dalam. Sebab, kita akan mengambil “makna” dari apa yang kita baca, kemudian menuliskan sesuatu yang baru dari ide-ide yang kita cerna tersebut.