Mengikat Makna Selamanya

Mizan Publika
Chapter #20

Guruku Tujuh Belas Tahun Lalu

Mengikat Makna, Tak Apa. Tapi, Free Writing Dulu karena Lebih NyamanOleh: Neyla Hamadah*“Aku juga sadar bahwa kemahiran dan kenyamanan menulisku akan hilang sedikit demi sedikit jika tak kujaga dan kurawat.

Menjaga dan merawatnya, sekali lagi, hanya dengan berlatih dan menambah pengetahuanku tentangnya. Ini perlu kulakukan secara konsisten. Konsisten di sini tidak harus banyak dan berdarah-darah. Sedikit saja (15-30 menit), asalkan kulakukan setiap hari tentulah akan membuahkan perbaikan.” —Hernowo HasimSaya menulis ini ingin sekadar ikut berbagi tentang percakapan saya dengan beliau di rentang waktu 40 hari sebelum beliau meninggal. Cerita berawal dari keinginan kuat untuk belajar menulis sebagai dunia baru dalam kehidupan saya, menuntun saya untuk mengenal beliau. Dan bersyukur sekali, saya bisa belajar secara resmi kepada beliau meskipun lewat media daring.

Pada 4 April 2018, saya pertama kali berkomunikasi dengan beliau melalui Messenger. Di tanggal tersebut, beliau mengonfirmasi pertemanan * Senang menulis, aktif mengikuti kelas Akber Jogja (komunitas literasi dalam skala yang lebih luas), volunteer Jogja Menyala (komunitas yang peduli pada literasi sejati, membangun taman bacaan di de -sa-desa, dan menyalurkan buku-buku kepada yang membutuhkan), pengagum Gus Dur dan aktif di komunitas Gusdurian, ikut ngalap berkah di komunitas Baitul Kilmah milik sastrawan Aguk Irawan Mn, penulis yang novelnya banyak difilmkan. Meski bagaimanapun, tetap bagus dan detail novelnya; asli dari Desa Kawunganten, Kab. Cilacap, Jawa Tengah, kuliah di jurusan Manajemen UNU Yogya.

Lihat selengkapnya