Mengikat Makna Selamanya

Mizan Publika
Chapter #22

Semula Saya Salah Sangka

89Tidak seperti umumnya para penulis yang berhasrat besar supaya orang membeli bukunya, beliau dengan kerendahan hati menasihati saya untuk nanti dulu beli buku tersebut. Beliau menjawab, “Baik, yang Flow akan saya bantu. Tapi satu-satu dulu ya, Free Writing dulu. Free writing harus dengan praktik atau latihan, Mbak. Tentu dengan diskusi bersama saya di WA”Terakhir, saya mengirim pesan kepada beliau pada 4 Mei 2018 sudah tidak dibalas lagi. Dan, 20 hari kemudian, tepatnya 24 Mei 2018, di syahdunya Ramadhan, kita semua mendengar kabar beliau sudah dipanggil Tuhan Sang Penguasa Literasi. Saya bersaksi, beliau orang yang rendah hati dan sabar, serta tanggap merespons pertanyaan-pertanyaan saya. Dan tiada bosan bahkan hingga menjelang akhir hayatnya menyemangati generasi bangsa untuk membaca dan menulis.

Beliau adalah pejuang literasi sejati.

Doa terlangitkan untuk beliau, semoga setiap kata yang beliau tulis menjadi berbuku-buku akan menjadi pendar cahaya bagi jalan beliau menuju-Nya. Amin. Berjuta terima kasih atas ilmu yang telah Anda bagikan, semoga bermanfaat. Salam hormat dari salah satu murid Anda yang masih malas membaca hingga tak kunjung pandai menulis.[]Mengikat Makna, Tak Apa. Tapi, Free Writing Dulu karena Lebih Nyaman

Hidup yang MenginspirasiOleh: Fitri Ariyanti*Kurang lebih 17 tahun lalu, saat itu saya masih mahasiswa S-1 dan beraktivitas di Keluarga Remaja Islam (Karisma) serta Biro Psikologi Salman (BIPSIS) ITB. Kala itu, diadakan bedah buku Mengikat Makna di Masjid Salman. Pembicaranya adalah penulis buku tersebut, yaitu Mas Hernowo dan senior saya dari BIPSIS. Saya menjadi moderator.Meskipun acara itu hanya berlangsung singkat, apa yang diungkapkan Mas Hernowo selama dua jam tersebut, begitu menginspirasi dan “menjejak” dalam kehidupan saya. Pertama, judul buku itu sendiri. Mengikat Makna, dua kata yang sangat powerful sekaligus romantis buat saya. Saking sukanya dengan frasa itu, saya “pinjam” untuk tagline website saya: “mengolah rasa, mengikat makna”.

Di laptop saya, ada satu folder khusus berisi tulisan-tulisan serta materi-materi power point setiap saya diminta menjadi pembicara, dan folder itu, sejak pertama kali punya laptop, saya beri nama “Mengikat Makna”. Kedua, saya ingat, saat itu, Mas Hernowo mengatakan bahwa buku Mengikat Makna adalah hasil “perenungan” beliau selama tujuh tahun. Saat itu, buku ini, setahu saya, adalah pionir dalam hal cara penyampaiannya yang sangat “atraktif ”, ringan, tetapi “menggerakkan”. Dan, tujuh tahun proses itu, tidak sia-sia. Buku ini, tak hanya keren untuk dibaca, juga punya daya “menggerakkan”. Tak semua buku keren bisa menggerakkan.

* Dosen Fakultas Psikologi Unpad, psikolog.

Lihat selengkapnya