Menguji Janji

Y. N. Wiranda
Chapter #2

Bab 2 - Surat Tanpa Nama

Jantung Kana serasa berhenti.

Tangannya bergetar, matanya menatap tulisan itu lama sekali, seperti berharap kalimat itu akan menghapus dirinya sendiri.

Tapi kertas itu tetap diam.

Seolah tahu bahwa waktunya untuk muncul memang sudah tiba.

Ia berbalik cepat, menatap ke arah jendela. Kabut di luar semakin pekat.

Dan di sana—sekelebat bayangan tampak berdiri di tepi pagar, diam memandangi rumahnya.

Kana terpaku.

Ia berkedip—bayangan itu lenyap, seolah tak pernah ada.

Dingin menjalar ke seluruh tubuhnya.

 ***

Sore hari, hujan tipis turun.

Pangeran belum pulang.

Kana duduk di ruang tengah, memandangi kertas itu sekali lagi. Kalimatnya singkat, tapi membawa seribu tanda tanya. Ia mencoba mengingat: siapa yang tahu tentang “janji” itu?

Hanya sedikit orang yang masih mengenal keluarga mereka setelah pernikahan. Semuanya seharusnya sudah selesai. Semua rahasia seharusnya dikubur bersama orang tua Pangeran.

Tapi sekarang, entah kenapa, masa lalu seolah menolak untuk dikubur.

Telepon rumah berdering.

Kana terlonjak.

Dengan ragu, ia mengangkat gagang telepon.

“Halo?”

Tidak ada jawaban.

Lihat selengkapnya