Tempat kerjanya tidak besar, hanya kantor cabang dari perusahaan ekspor lokal. Pangeran bertugas di bagian pengawasan gudang, pekerjaan yang bagi banyak orang membosankan, tapi baginya terasa seperti penebusan. Ia memilih hidup sederhana di negeri jauh, meninggalkan semua yang berkaitan dengan nama besar keluarganya.
Namun pagi itu, sesuatu di kantor terasa… tidak seperti biasanya.
“Pagi, Pangeran.”
Rekan kerjanya, Gordon, menyapanya sambil menepuk bahunya. Wajahnya bulat, selalu ceria, tapi hari itu suaranya terdengar agak tegang. “Bos ingin bicara di ruangannya. Katanya penting.”
Pangeran mengangguk, lalu menuju ke ruangan di lantai atas.
Tuan Wallace, manajer mereka, berdiri di depan jendela dengan jas abu dan ekspresi dingin. Ia menoleh begitu Pangeran masuk.
“Duduklah,” katanya.
Pangeran duduk, menunggu.
“Ada kiriman baru datang pagi ini,” lanjut Wallace. “Tapi ada yang aneh. Salah satu kontainer terdaftar atas nama seseorang yang tidak dikenal di sistem. Aku ingin kau memeriksa isinya.”
“Apakah kontainer itu salah kirim?”
“Mungkin. Tapi kurasa bukan.”
Nada suaranya datar, tapi mata Wallace tajam. “Nama pengirimnya… Diradja.”
Pangeran membeku.
Nama itu memukul kepalanya lebih keras dari yang ia duga.
Kakaknya.
“Tuan, mungkin itu hanya kebetulan,” katanya cepat, tapi suaranya terdengar lemah.
“Semoga saja,” jawab Wallace singkat. “Periksa sendiri. Dan jangan libatkan siapa pun.”