Menguji Janji

Y. N. Wiranda
Chapter #6

Bab 6 - Bunga di Tanah Asing

Kabut Edinburgh selalu punya cara menelan suara.

Bahkan langkah-langkah Pangeran di trotoar basah pun seolah hilang sebelum sempat bergema. Kota itu dingin, tapi bukan dingin yang menusuk. Dingin yang diam—seperti menyembunyikan sesuatu.

Ia berhenti di depan kafe kecil di sudut jalan Roseburn Terrace. Lampunya remang, aroma kopi bercampur dengan bau logam dari udara musim gugur. Di pojok ruangan, seorang pria tua duduk sendirian.

Harland.

Pangeran menarik napas dalam, lalu berjalan mendekat.

“Sudah lama,” ucap Harland tanpa menoleh.

“Ya,” jawab Pangeran. “Terlalu lama.”

Mereka duduk berhadapan, hanya dipisahkan secangkir kopi hitam yang mulai mendingin.

Harland tampak lebih tua dari terakhir kali Pangeran melihatnya di rumah. Wajahnya penuh garis waktu, tapi matanya masih tajam—mata seorang pengawal yang pernah menyaksikan terlalu banyak rahasia keluarganya.

“Kau sudah tahu?” tanya Harland.

Pangeran mengangguk pelan. “Tentang direktur perusahaan itu? Ya. Dia dibunuh, bukan bunuh diri. Aku lihat berkasnya.”

“Lalu?”

“Aku tahu siapa yang menutupinya. Tapi aku belum tahu siapa yang memerintah.”

Harland menatapnya lama, lalu bersandar. “Itu bukan orang luar. Kau tahu, bukan?”

Pangeran mengepalkan tangannya di bawah meja. “Kau bilang begitu juga waktu itu. Tapi tidak pernah jelas siapa yang sebenarnya menarik tali.”

Harland menatap ke arah jendela yang berembun. “Waktu orang tuamu meninggal, ada dua mobil di lokasi. Kau pikir satu saja yang mengalami kecelakaan. Tapi mobil kedua... hilang dari laporan. Dan aku tahu siapa yang menyuruh orang menghapus rekaman CCTV hari itu.”

“Siapa?” suara Pangeran merendah.

Harland menatapnya lurus, tajam, nyaris tanpa ragu.

“Ibunya Kana.”

Kata-kata itu jatuh seperti batu di permukaan air. Dingin, tapi menimbulkan riak yang menelan semua suara.

Pangeran memejamkan mata. Sesuatu dalam dirinya menolak mempercayai. Kana—perempuan yang ia cintai, yang tidur di bawah atap yang sama dengannya, yang setiap paginya menanam bunga di tanah asing.

Tidak mungkin.

Tapi Harland melanjutkan, pelan, seolah menguliti luka yang disembunyikan rapat-rapat.

“Dia bukan pelaku langsung. Tapi dia tahu. Dan sekarang seseorang ingin membungkam semua yang masih hidup dari dua keluarga itu—termasuk kalian.”


Malam itu, Pangeran tidak langsung kembali ke penginapan. Ia berjalan menyusuri sungai Water of Leith, memandangi arus hitam yang memantulkan cahaya lampu kota.

Kata-kata Harland terus berputar di kepalanya.

Kana tahu?

Tidak mungkin. Tapi jika benar, mengapa dia tak pernah menyinggung soal itu? Mengapa setiap kali Pangeran membahas malam pernikahan mereka—malam sebelum tragedi itu—Kana selalu diam dan menunduk?

Lihat selengkapnya