Dari penjelasan singkat Minerva kami mulai memahami kondisi si penulis. Ternyata dia sudah lama mengidap penyakit misterius yang membuatnya kehilangan kontrol atas otot-otot di tubuhnya. Si penulis saat ini terpaksa menghabiskan sepanjang waktunya dengan berbaring saja di atas ranjang. Hidupnya tergantung kepada obat-obatan. Semakin hari semakin tergantung. Semakin hari semakin pendek waktu sadarnya. Saat ini, demikian kata Minerva, dia hanya punya waktu normal sekitar 3 hingga 4 jam saja setiap harinya.
Sungguh kami beruntung, karena di waktunya yang sempit itu, si penulis sempat menginformasikan kedatangan kami kepada Minerva. Perawat itu menyambut kami seolah kami adalah tamu istimewa. Ia sudah meyiapkan dua buah kamar kosong di rumah tua yang mereka tinggali untuk kami berlima beristirahat.
Kikan beberapa kali mengucapkan terima kasih, dan tidak sabar untuk masuk ke kamarnya. Dia dapat kamar yang lebih besar, yang hanya akan ditempati berdua dengan Biber. Aku, Momon dan Giguk mendapat satu kamar berukuran lebih kecil, tapi cukup lega untuk tubuh kami bertiga yang tidak terlalu besar. Hmm, kami memang tamu istimewa!
Tidak banyak barang bawaan kami. Tapi kami tetap masuk ke kamar, mencobai tempat tidur dan kamar mandinya sebagai upaya menunjukkan perilaku yang pantas selaku tamu. Aku sendiri memilih tidur-tiduran di lantai. Hatiku galau, sulit digambarkan. Badanku terasa capek, padahal aktifitas sehari ini tidak terlalu melelahkan. Boleh dikata, kami hanya menempuh tak lebih dari seperempat hari untuk menemukan rumah ini. Dan kami berjalan tanpa tergesa. Santai, seolah sedang tamasya di pantai.
Tidak berapa lama kemudian terdengar ketukan di pintu. Minerva meminta kami bersiap makan siang di meja makan yang berada di beranda belakang. Saat itu, waktu makan siang sudah lewat. Matahari sudah tergelincir ke barat. Kami bahkan hampir melupakan rasa lapar yang saat baru datang tadi sempat memilin-milin perut kami.
“Tolong, rendahkan suara kalian. Makanlah dengan tenang, dengan tidak mengeluarkan suara yang tidak perlu,” ujar Minerva. “Pencipta kalian itu sangat moody, dan tidur siang adalah satu-satunya waktu istirahatnya yang bebas dari gangguan serigala-serigala. Jika tidur siangnya kali ini berkualitas, mungkin dia bisa mendapatkan ketenangan, dan kalian beruntung bisa menemuinya. Jika tidurnya terganggu, kalian harus menunggu di waktu berikutnya. Atau berikutnya lagi.”
Sepertinya kami telah merusak kesempatan hari ini dengan kejadian berupa percobaan gagal saat Giguk mencoba mendekati tubuh si penulis di tempat tidurnya. Tetapi karena Minerva tidak menyinggungnya, kami memilih untuk tidak mengungkitnya.