Menikahi perawan ghoib

yulisaputra
Chapter #2

Ucapan pengubah takdir


Arga pernah mendengar tentang kecelakaaan pesawat yang kerangka juga penumpangnya tidak pernah ditemukan. Tidak ada jejak ataupun hal-hal lainnya. Tapi baru sekarang seorang perayang jatuh ke tempat asing hanya karena diterbangkan oleh angin. Mimpi? atau sekedar halusinasi? Tapi untuk sekedat khayalan, semua serasa nyata sekali.

“Maaf, ini tidak adil,” ucap Arga menelan ludahnya dengan susah payah. Nyali yang biasanya ber api-api seketika menyusut sendiri. Aura pria di depannya itu terlalu berat, penuh tekanan.

“Apa yang bisa kamu berikan padaku sebagai ganti nyawamu? Tubuhmu hampir ditelan ular dan anak gadisku menyelamatkanmu.” Ia terlihat marah karena mendengar penolakan.

Arga menggigit bibir lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Kini sudah sepenuhnya gelap. Pemukiman di belakang, mulai menampakkan cahaya kecil api di teras masing-masing. Kemungkinan memang tidak ada akses listrik.

“Saya bisa memberi apapun. Uang atau hal lainnya, kecuali pernikahan. Seminggu lagi saya menikah, jadi tidak mungkin membatalkannya secara sepihak.”

“Tapi kamu sekarang ada di sini. Artinya, takdirmu sudah berubah,” potongnya mengelus jambang kasar di tepian dagu.”Atau kamu mau coba keluar sendiri? kalau bisa, aku akan menganggapnya impas,” ucapnya tiba-tiba menyunggingkan senyum masam.

Sudah malam, tidak ada senter atau cahaya dari ponsel. Terlebih hujan, jadi secara logika Arga tidak mungkin menemukan jalan. Bukan hanya ancaman ular di pohon beringin besar, tapi arah saja tidak tahu. Tapi ia bukan laki-laki pengecut. Selagi ada kesempatan, pantang baginya untuk tunduk.

“Saya akan mengembalikan takdir saya ke tempat semula,” ucap Arga bersiap untuk pergi. Ia berdiri lalu mengucapkan terima kasih dengan menunduk sedikit.

Sebelum sosoknya benar-benar menembus hujan, gadis tadi keluar dari rumah. Ia nampak kecewa, tapi tidak mengehentikannya.

“Ayah, bagaimana kalau pria kali ini juga mati?” tanyanya menatap sang ayah dengan tatapan sendu.

“Kalau benar dia jodohmu, pasti akan kembali ke sini. Tidak ada jalan keluar karena dimensi tempat tinggal kita hanya berputar-putar. Tapi ngomong-ngomong, apa kamu menaruh hati? Kalau benar, ikuti dia. Jangan sampai ular dari pohon itu turun lalu memangsa.” Ayah dari sang gadis memberi tatapan serius.

Ini bukanlah kali pertama seorang pria tersesat lalu diminta untuk mengganti nyawanya dengan pernikahan. Semua berakhir mati begitu saja. Ada yang jatuh ke jurang, meninggal karena kelelahan dan paling tragis dimakan ular.

“Bolehkah?” tanyanya mengencangkan tali busur di belakang punggung lalu memasang caping ke kepalanya sebagai perlindungan dari hujan yang semakin deras.

“Pergilah. Tapi pastikan dia benar-benar mau menikahimu. Pria sebelum dia bodoh, tapi yang ini keras kepala.” Ia berujar kemudian berlalu masuk sembari memasang wajah suram.

Sementara itu Arga berlari keluar melewati pagar bambu. Ia hanya bisa memicing, melindungi matanya dengan tangan agar bisa melihat sekeliling dengan benar. Entah ke mana ia melangkah, yang penting menjauh dulu dari sana.

Lihat selengkapnya