"Ya udah, nanti besok kita ke rumah Om gue, sekarang elu makan dulu, tenang aja, gue yang bayarin!" titah Laras kepada Lexa.
"Oke, terima kasih banyak, ya." Lexa memegang tangan sang teman dengan mata yang berembun.
"Iya udah, enggak usah lebay kayak gitu, lagian gue cuma neraktir elu makan sama orek tempe doang," balas Laras datar. "Udah, ayok makan!"
Lexa dan teman baiknya itu akhirnya makan di warteg langganan mereka, sambil membicarakan pria yang phobia lawan jenis itu.
"Sepupu elu yang punya phobia aneh itu santri, 'kan? Pasti dia selalu pake peci dan sarung," tebak Lexa sembari menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
"Ya iyalah namanya juga santri, rata-rata penampilannya emang kayak gitu, tiap hari sarungan," balas Laras yang sedang fokus mengunyah makanan.
Setelah selesai makan, Lexa pulang dengan diantar oleh Laras. Gadis berparas cantik tersebut lalu masuk ke rumah sang tante karena ia dan ibunya tidak memiliki tempat tinggal.
Lexa dan ibunya diusir dari kontrakan karena tidak bisa membayar uang sewa kontrakan. Untung saja adik dari sang Ibu yang bernama Fania berbaik hati dengan mengizinkan mereka tinggal di rumahnya.
"Lexa? Kenapa jam segini baru pulang? Ini kan sudah malam?" Fania terlihat sangat cemas.
"Maaf, Tante, tadi aku ke rumah almarhum Ayah dulu untuk meminta hak Ibu, tapi aku malah diusir sama istri pertama Ayah." Lexa menunduk lemas.
"Ya ampun, Lexa, Tante kan udah bilang berkali-kali sama kamu, jangan pernah datang ke rumah itu, karena hanya akan membuat kamu terluka!" tegas sang tante seraya membuang napas kasar.
"Tapi Tante, aku butuh uang banyak untuk pengobatan Ibu, apa lagi besok Ibu harus kemoterapi," kata Lexa dengan mata yang memerah karena menahan tangis.
"Kamu jangan khawatir, Lex, uang untuk kemoterapi ibumu besok udah ada kok, tadi Tante dapat bonus dari bos Tante," ucap perempuan berusia tiga puluh lima tahun itu.
"Terima kasih banyak sebelumnya, Tante, tapi aku tidak mau terus menerus merepotkan Tante," balas Lexa. Ia merasa malu kepada sang tante.
"Tante sama sekali tidak merasa direpotkan sama kamu kok, Lex, karena ibu kamu itu Kakak kandung Tante, waktu kecil Tante diurus bahkan sekolah Tante dibiayain sama Ibu kamu, jadi sekarang giliran Tante yang merawat Ibu kamu," ungkap Fania seraya memegang tangan keponakan satu-satunya tersebut.
Lexa pun seketika memeluk tantenya sambil menangis terisak. "Terima kasih banyak, Tante, aku tidak tahu harus bagaimana membalas kebaikan Tante."