Menikahi Tetangga

Ana Afifah
Chapter #2

DI RESTUI CALON MERTUA

Kini, gadis berseragam putih-abu tengah berlari hingga kaki kanan nya tersandung, membuatnya ia meringis kesakitan.

"Om! Aku nebeng boleh?" tanyanya kepada laki-laki yang akan masuk ke dalam mobil berwarna biru telur asin.

Dia mengangkat sebelah alisnya. "Kamu siapa?"

"Aku Olin, tetangga sebelah yang kemarin." Sambil memperlihatkan deretan giginya.

Askara, laki-laki itu menyentuh telinganya, sangat nyaring sekali suara bocah ini.

"Saya lagi buru-buru."

"Aku juga lagi buru-buru om, mau ada ujian."

"Salah kamu sendiri."

Olin mendengus kesal. Olin melihat pintu mobil yang terbuka lebar, ia langsung menerobos masuk, ia tidak pedulikan laki-laki itu akan memarahinya.

"Hei! Gak sopan sekali kamu, keluar!"

"Cuman sekali ini aja, om."

Askara menghembuskan napas pasrah, dari pada telat meeting.

Mereka duduk bersebelahan, Askara fokus melihat ke depan sedangkan Olin, gadis itu senyum-senyum sendiri sambil menatap wajah Askara.

"Saya bukan bahan tontonan."

"Ya elah! Jutek amat, om."

Askara mendadak pusing, kenapa ia bisa mempunyai tetangga seperti dia.

"Sudah sampai."

"Kok om tau sekolah aku di sini?" Olin menatap nya takjub.

"Cuman nebak."

"Pasti om diam-diam stalking saya, ya?" Olin senyum mesem-mesem. Askara hanya menggeleng kan kepala. Dasar bocah ingusan.

"Loh! Kok main pergi aja sih."

***

Olin tengah sibuk menulis nama Askara di pencarian Instagram nya, namun hasilnya nihil.

Masa iya, laki-laki itu tidak mempunyai akun sosial media, jaman sekarang mana ada.

Sedangkan teman-teman nya lagi mempersiapkan mental dan fisik, di masa kuliah nanti.

"Olin! Lo mau kuliah dimana?" tanya Sarah.

"Gue mau nikah aja."

"Nikah?" Kata mereka serempak.

"Lo kan pengen banget jadi dokter, masa nikah sih." 

Seolah-olah mereka tidak percaya dengan ucapan Olin, padahal ini serius.

"Masih bisa kok, kuliah tapi udah nikah."

"Nikah gak seenak di bayangkan!" Olin menatap Sarah, kenapa cewek itu seperti tidak suka.

"Kenapa? Gak suka? Hak gue dong, mau nikah atau jadi pengangguran."

"Bukan gitu, Lo harus siap semuanya, kehidupan di masa pernikahan itu beda,"

Sarah menarik napas, melanjutkan ucapannya,"Lo harus bisa melayani seorang suami, nurut sama mertua, ih kalau gue sih belum siap." Sarah bergidik membayangkan saja ia tidak sanggup.

Teman Olin yang lain hanya menyimak.

"Gue tau, gue capek sekolah, gue gak mau pusing mikirin tugas kuliah."

Sarah melongo. "Lo mau jadi ibu rumah tangga aja? Gak ada kegiatan apa gitu. Setidaknya kalau Lo kuliah, terus kerja Lo bisa bantu-bantu suami."

"Kerja itu urusan suami, istri cuman duduk santai menikmati hidup."

"Gue sumpahin Lo! Mertuanya tukang julid."

Olin melotot. "Amit-amit. Calon mertua gue cantik jelita dan baik hati." Sambil tersenyum lebar.

"Emang nya Lo udah ada calon?" tanya Sarah, seperti mengejek.

"Ada. Tetangga baru gue."

"Kalau ganteng sih, gue dukung."

Olin mengacungkan jempolnya. "Ganteng banget!"

***

Lihat selengkapnya