"Astagfirullah, om!"
Askara mendorong Olin. Olin tidak habis pikir, di luar rumah laki-laki ini so jual mahal, tapi aslinya bringas juga.
"Om, mau perkosa aku?"
Askara mundur satu langkah, ia pun tak sadar kenapa bisa melakukan itu.
"Kamu pulang sana!"
"Om, gak mau lanjut?" Olin menyeringai.
Askara memijat pangkal hidungnya, gadis ini benar-benar memancing emosi.
"Padahal tadi udah..."
"Stop!" Askara memotong ucapan Olin.
Olin tersenyum, ia merasa menang di sini.
"Pulang sendiri, atau saya usir?"
Kalau lagi marah gini, ganteng nya nambah full.
"Om, tadi tergoda ya, sama tubuh sexi aku?"
Kedua pipi Askara memerah, mendadak suhu tubuh nya panas, bocah ini berhasil membuat Askara gila.
Ok mulai dari sekarang, ia akan memakai pakaian yang super ketat.
Tunggu besok, tuan Askara.
***
"Kamu tadi malam ngapain aja di rumah tante Ratna?" tanya ibu Sekar.
"Nemenin tante Ratna nonton tv."
Padahal kenyataan nya menggoda tuan Askara.
"Ibu, kalau aku nikah boleh gak?"
"Ya boleh lah, masa kamu mau jadi perawan tua."
"Maksudnya, lulus sekolah langsung nikah."
Sekar tengah mengunyah makanan, terpaksa berhenti, dia syok dengan ucapan anak gadis nya.
"Kamu bergaul sama siapa? Sampai kebelet kawin gini."
Olin mendadak lesu. "Aku males kuliah bu, pengen nikah aja."
Sekar menghentikan sarapan pagi nya.
"Kalau ibu terserah kamu aja, yang penting calon nya harus lebih tua dari kamu, biar bisa membimbing kamu."
Olin tersenyum merekah, ia merasa ada sinyal hijau.
"Ganteng lagi, Bu."
Sekar memicingkan matanya.
"Siapa? Kok gak pernah di bawa ke rumah?"
"Om Askara ma, tetangga kita."
Kedua mata Sekar melotot sempurna.
"Kamu mau nikah sama Askara? Askara nya mau gak nikah sama kamu?"
Olin merengut. "Tante Ratna yang bilang sendiri, tapi belum ngomong sama anak nya."
"Tapi ibu belum mengorek lebih dalam tentang Askara."
"Jangan! Aku aja, aku kan yang mau nikah nya juga."
"Ibu juga perlu, biar tau Askara baik apa nggak jadi mantu,"
"Tapi papa setuju gak, kalau kamu nikah cepat?"
Olin diam sejenak, ia lupa papa nya sangat terobsesi anaknya menjadi dokter.
"Ibu yang ngomong deh, Olin takut."
"Ibu juga takut, tau kan papa kamu seperti apa? Pasti ngomel terus."
Kalau begini, bagaimana caranya bisa membujuk papa.
"Nanti lagi bahas ini nya, Olin mau joging."