Suara gerbang terbuka terdengar jelas di telingaku, beriringan dengan suara azan subuh yang menggema di kejauhan. Aku terbangun di sofa ruang tamu, mataku masih terasa berat. Semalam, aku tertidur di sini setelah menunggu Bara yang tak kunjung pulang. Tubuhku terasa kaku karena posisi tidur yang tak nyaman, namun hati ini terasa lebih berat, dipenuhi dengan pertanyaan tentang di mana Bara menghabiskan malamnya.
Aku berdiri perlahan, menggosok mata yang masih lelah. Dengan tangan gemetar, aku menyalakan lampu ruang tamu dan mulai mengikat rambut panjangku yang tergerai. Saat itulah Bara masuk ke dalam rumah, masih mengenakan pakaian yang sama seperti saat ia pergi kemarin.
"Mas, kemana aja semalam? Kenapa baru pul ..."
"Berisik!" Bara menyela cepat sambil melepas sepatunya. Suaranya keras, penuh ketidaksabaran. Ia bahkan tidak menoleh ke arahku, hanya fokus menyingkirkan alas kakinya dengan kasar.
"Aku nunggu mas semalaman."
"Nggak ada yang suruh kamu nunggu!" Bara kembali membentakku, kali ini sembari melepaskan jaketnya dan melemparkannya sembarangan ke sofa. Bau parfum yang manis, berbeda dari yang biasa ia pakai, menguar dari jaket itu. Aku mencium aroma yang lebih feminin, aroma yang biasanya dipakai oleh seorang wanita.
Aku menelan ludah, menahan gelisah. "Mas, suka pakai parfum yang feminin gini? Baunya manis."
"Diem! Tau apa kamu?!" Bara mendekat, suaranya semakin tinggi, seolah keberadaanku di hadapannya adalah beban.
"Mas, punya masalah apa sih sama aku?" tanyaku dengan suara yang bergetar.
"Banyak! Semua masalah ini muncul gara-gara kamu!" Bara menuding wajahku dengan jari telunjuknya. Tatapannya penuh kebencian.
Aku mundur selangkah, menahan napas. "Aku tau mas terpaksa nikahin aku." Suaraku pelan, tapi hatiku hancur mendengar pengakuannya yang seolah menjadi tamparan keras bagiku.
"Sangat terpaksa! Asal kamu tahu, hubungan kita nggak akan lebih dari ini. Jadi jangan berharap lebih, ngerti?!" seru Bara dengan suara tinggi.
Aku bisa melihat senyum miringnya yang penuh penghinaan. "Maksud Mas? Mas nggak akan bersikap selayaknya suami kepada istrinya gitu?"