Menikahlah Mas

SweetNite
Chapter #4

Bab 4

"Calon istri? Bagaimana bisa kata itu keluar dari mulut kamu mas?" gumamku sembari memandangi foto besar yang tergantung di dinding, bingkainya terlihat mewah, persis di tengah-tengah ruangan. Di dalam foto itu, Bara berdiri berdampingan dengan seorang wanita cantik, mereka tampak bahagia. Senyuman lebar terukir di wajah keduanya, memperlihatkan betapa serasinya mereka. Bara terlihat gagah dengan setelan jas hitam, sementara wanita itu anggun dalam balutan gaun putih yang membuat mereka tampak seperti pasangan yang sempurna.

Mau protes pun percuma. Bara tak pernah menganggap pernikahan kami nyata. Aku tahu, di matanya, aku masih orang asing. Bahkan, lebih parah lagi, aku dianggap sebagai pembantu. Ya... PEMBANTU. Hati ini terasa sakit, tapi aku hanya bisa memendam semuanya, karena itulah kenyataannya.

Ting!

Suara notifikasi ponselku membuyarkan lamunan. Aku merogoh benda pipih itu dari saku celanaku dan membuka pesan yang baru masuk.

"Gaji kamu sebulan. Jangan lupa fotonya pasang lagi di tempatnya!"

Disertai dengan gambar bukti transfer uang sejumlah 20 juta rupiah.

"Jadi kamu benar-benar anggap aku pembantumu, Mas?" bisikku pelan, perasaanku campur aduk. Air mata hampir pecah di ujung mata, tapi aku berusaha menahannya.

Saat aku masih merenungi pesan itu, terdengar suara mobil berhenti di depan gerbang. Aku mendengarnya dengan jelas.

"Permisi? Paket!" 

"Ya! Sebentar!" Aku buru-buru mencari kerudungku, memasangnya dengan cepat, lalu keluar menuju gerbang. Di depan, sebuah mobil pick-up terparkir. Seorang pria dengan seragam kurir berdiri di samping pintu mobil.

"Ini rumahnya Pak Bara Aditama?" 

"Ya, betul. Ada apa ya?"

"Saya mau antar paket, Mbak." jawab kurir tersebut sambil menunjuk bagian belakang mobil yang penuh dengan paket berbagai ukuran.

"Oh iya... iya, silakan masuk," jawabku, sembari membuka gerbang lebih lebar agar mobil pick-up itu bisa masuk. Mata ini tak bisa lepas dari tumpukan paket yang diturunkan satu per satu. Berbagai ukuran kotak, dari kecil hingga besar, keluar dari mobil dan ditata dengan rapi di teras rumah.

"Ini paket apa ya, Mas? Kok banyak banget?" tanyaku penasaran.

"Kurang tahu, Mbak. Maaf." Alisnya sedikit bertaut, mungkin dia juga bingung dengan pertanyaanku. 

Aku mengangguk pelan, lalu mengucapkan terima kasih ketika dia selesai menurunkan barang-barangnya dan pergi.

Setelah kurir pergi, aku menatap tumpukan paket yang besar. "Apa ya ini kira-kira?" batinku, berusaha membaca label pengiriman, namun hanya ada nomor resi dan nama Bara yang tertera. Tak ada keterangan apa-apa.

"Mas, ada paket nih banyak. Ini bener paket punya Mas?" tulisku dalam pesan kepada Bara, mencoba memastikan.

Lihat selengkapnya