1 Pernikahan Impian, Nikmati Prosesnya Semua yang menikah pasti senang jika bisa mencapai dan menikmati pernikahan yang diimpikan. Namun, apakah mereka mau menikmati prosesnya? Kisah dalam buku ini adalah kisah nyata tentang bagai mana perjuangan untuk mencapai kualitas kehidupan per nikahan seperti yang diimpikan. Semoga bermanfaat dan menginspirasi. Selamat menikmati. You are going to be tested ... in the beginning, in the middle, or at the end of your life. But you are going to be tested ... (Anda akan diuji ... baik di awal, ditengah, maupun di akhir dari kehidupan Anda. Bagai manapun, Anda akan diuji ...)Kami bersyukur sering mendengar kalimat bijak ini se- hingga kami bisa melewati turbulensi yang cukup dahsyat dalam kehidupan pernikahan kami. Tahun-tahun awal perni- kahan kami laksana roller-coaster yang lebih sering terjun bebas menuju jurang perpisahan. Kami adalah dua orang yang saling mencintai dan membutuhkan, tetapi cinta kami diuji begitu dahsyat. Namun, puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt.
karena kami diizinkan untuk melalui ujian-Nya dengan baik. Di saat genting, di saat kami belum melihat ada harapan, kami punya impian, yaitu pada saatnya nanti kami akan berhasil melalui ini semua. Rasa sakit dari dua orang saling mencintai yang berujung saling menyakiti, begitu dalam tertanam, membuat kami tidak ingin hal ini dialami siapa pun. Seorang sahabat yang men- dukung kami pun pernah bilang, jika dia yang mengalami seperti itu, dia tidak akan tahan. Alhamdulillah kami diberi kekuatan untuk melalui ujian dengan baik. Entah berapa kali pernikahan kami di ujung tanduk. Entah berapa kali lututku seperti tidak dapat me- nyangga badan karena begitu takutnya akan perpisahan di antara kami. Beberapa kali aku merasa putus harapan dan ingin hilang ditelan bumi. Aku bersyukur, aku masih dekat dengan Sang Pencipta. Kedekatan itu yang membuatku masih berpikir jernih.
Aku memiliki seorang suami yang too good to be true.
Impiannya adalah aku. Ya, aku adalah impiannya. Impiannya adalah memiliki istri yang mendampingi dan bahu-membahu berjuang menuju sebuah keluarga yang utuh, penuh ke ha- ngatan, dan kasih sayang. Impiannya adalah ingin pacaran terus dengan sang istri . Impiannya adalah siapa pun yang menjadi istrinya akan menjadi wanita yang sangat beruntung.
His song for me has always been , “A Whole New World”. Ya, aku punya suami yang begitu ingin membawa istrinya menuju dunia yang begitu indah bersamanya. A very beautiful dream … Namun, perbedaan di antara kami yang begitu besar dan beragam membuatku, tanpa sadar, membunuh impiannya. Pola pikir, karakter, latar belakang keluarga, kebutuhan emosi, dan yang paling penting, tingkat kedewasaan kami yang begitu berbeda. Tanpa kami inginkan, tanpa kami sadari, membuat kami saling menyakiti.Sampai hari ini, mata ini selalu basah dengan air mata, mengingat betapa aku bersyukur punya suami yang mempunyai impian begitu kuat. If the dream is big enough, the facts don’t count. Perbedaan yang begitu besar di antara kami tidak mem- buat suamiku mundur setapak pun untuk membuat impiannya menjadi kenyataan. Selama tujuh tahun, dengan sabar dia memberi contoh, membimbing, dan memberi dukungan yang luar biasa. Tidak terhitung berapa kali aku jatuh dan jatuh lagi, meng ulang kesalahan-kesalahan yang tidak perlu, yang mem- buat dia begitu sakit dan terpuruk. Kesalahan yang aku la- kukan mungkin terlihat remeh, tetapi hal itu kulakukan di saat kritis dan untuk yang kesekian puluh kalinya. Itulah saat-saat aku merasa sangat sulit untuk men da- patkan maafnya kembali. Saat aku tidak melihat alasan untuk membuatnya mau kembali. Akan tetapi, selalu kukatakan ke- pada diriku s endiri jika Tuhan bersamaku apa yang tidak mung kin akan menjadi mungkin. Itulah aku yang dulu, yang tidak terlatih untuk peka, tidak terbiasa untuk “membaca” situasi, dan tidak memaksa diri untuk selalu stop and think . Bayangkan Anda menebang pohon. Saat mengayunkan kapak yang ke-100, apakah ayunan yang ke-100 yang membuat pohon tersebut tumbang? Ayunan yang ke-100 mungkin tidak sekuat yang pertama, tetapi ayunan kapak Anda dari 1 hingga 99 yang membuat ayunan ke-100 menum bang- kan pohon tersebut. That’s what I did . Entah berapa kali aku membuat ayunan yang ke-100. Pada saat itulah suamiku yang sudah tumbang kesekian k ali, kehilangan harapan. Pada saat itu, aku hanya bisa curhat di tengah tahajud malam. Aku yakin, Dia akan me- nunjukkan jalan kepadaku agar aku bisa merebut hatinya kem- bali. Alhamdulillah, Tuhan masih begitu sayang kepada kami.
www.photobucket.com Ingatlah, hanya dengan mengingat-Ku, maka jiwamu akan tenang. Firman-Nya ini sangat menguatkanku saat itu. Itulah saat-saat aku merasa tidak berdaya tanpa kekuatan-Nya. Ketika itulah aku betul-betul merasakan pertolongan-Nya. Allah memang Maha Penyayang. Dia berikan ujian agar kita dapat merasakan pertolongan-Nya dan merasakan kasih sayang-Nya. Suami yang begitu sabar membimbing, begitu kukuh melindungi, begitu tegar menjadi contoh, memberiku kekuatan ekstra untuk membuatnya kembali memiliki impian. Apakah ini mudah? Tidak sama sekali! Hampir putus asa rasanya menghangatkan hatinya yang sudah hampir beku. Air mata sudah tidak bisa menetes walaupun kesedihan begitu mendalam karena kami sudah begitu sering mengalami masa- masa yang amat sulit. Dari mana aku mendapatkan bahan bakar untuk terus bergerak dan berjuang mendapatkan hatinya kembali? Sikapnya yang sabar memberi contoh menjadi suami, ayah, sahabat, partner, dan juga kekasih adalah suplai bahan bakar pertamax plus yang menggerakkanku untuk terus ber- juang. A man with a dream will not be denied! Tidak ada seorang pun yang dapat menghadang seseorang yang mempunyai impian. That’s my husband . Seseorang dengan impian yang begitu besar untuk memiliki keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang. Pada saat banyak orang meragukan dan mencoba me- yakinkannya bahwa itu impian yang too good to be true, dia maju terus dengan impiannya. Di saat jurang perbedaan kami begitu lebar dan di saat aku sering membuatnya kecewa dan terpuruk, dia maju terus dengan impiannya. If the dream is big enough, the facts don’t count. Bila impian begitu besar, ke- nyataannya yang menghadang tidak akan jadi penghalang. Aku adalah impiannya. Ye s, sesuatu yang indah, tetapi di saat yang sama ini adalah sebuah amanah yang harus di- pegang teguh. Having soulmate is his biggest dream. Dan tugasku untuk mewujudkannya. Mudah? Tentu tidak sama sekali! Apakah berharga? Amat sangat! Ini sebuah proses yang panjang dan sangat menguras energi. Proses untuk bisa memahami suami, dengan besarnya perbedaan di antara kami. Namun aku sadar, ini adalah cara Tuhan membuatku menjadi orang yang lebih baik. Ternyata memang kami adalah dua orang yang memasuki pernikahan dengan impian kami masing-masing. Karena lama, sejak sebelum menikah, aku ingin menjadi wanita ahli surga, yaitu wanita yang suaminya ridho kepadanya. Dan Tuhan pun menjawab impian ini dengan menganugerahi seorang suami yang membuatku harus berjuang mendapat ridhonya. Kami diuji luar biasa dengan impian kami masing-masing. Perjalanan kehidupan pernikahan kami penuh dengan growing pain. Suatu rasa tidak nyaman dari perjuangan untuk menjadi orang yang lebih baik. Berubah itu hanya “enak” ter- dengar. Praktiknya, RRUARR BIASA .... Persis seperti sebongkah karbon yang diproses alam dengan temperatur yang sangat tinggi, di bawah tekanan, dan dalam jangka waktu yang lama untuk berubah menjadi sebutir berlian. Tidak ada yang enak dan nyaman dalam proses untuk berubah, tetapi sangat berharga untuk dinikmati. Mindset yang benar adalah aset yang sangat berharga untuk sebuah ke- bahagiaan pernikahan.Aku sangat bersyukur memiliki suami yang sekaligus men- jadi my life coach. Dia memberi banyak pelajaran berharga dan membuatk u bisa berpikir benar. S eorang suami yang tidak mau memanjakan istri dengan melindungi dari rasa sakit untuk tum- buh. Ye s, kami berdua tumbuh bersama menuju impian kami.
· Pelajaran #1 Menjadi momentum builder, yaitu tahu kapan aku harus memanfaatkan momentum untuk meningkatkan kualitas hub ungan kami. Padahal, dulu ak u terkenal sebagai master dalam momentum killer.
· Pelajaran #2 Membaca situasi dan tanggap. Dulu, aku terkenal sibuk dengan pikiranku sendiri. Ini membuat hubungan kami sering bertambah runyam.
· Pelajaran #3 Menempatkan diri di pikiran dan perasaan pasangan se- hingga kita tahu what to do and what to say dengan tepat.
Dulu, hobiku berasumsi, berpikir, dan bertindak seperti yang kupikirkan sendiri.
· Pelajaran #4 Menghidupkan suasana. Be creative! Yang ini aku masih be- lajar terus karena pada dasarnya aku orang yang mo noton.