Meninggal Usai Talak

Jasmine23Pramestia
Chapter #1

Jatuh Cinta

"Woy! Kedip, dong!" teriak Rudi. Sahabat Damar.



Damar tengah asik memandangi wanita idamannya secara diam-diam.



"Mengganggu saja, kamu," sahut Damar datar. Ia melengos sambil menyeruput teh hangat.


"Jika kau suka? Aku akan kenalkan dia untukmu. Tenang saja. Dia sepupuku."



"Biar aku yang menaklukkan dengan caraku."


"Sombong kali kau!"


Damar terkekeh.



Namanya, Damar. Lelaki bertubuh besar dan tinggi. Kulit putih, berhidung mancung. Kata orang ia tampan tapi sayang, ia kere.


Dia adalah seorang mahasiswa jurusan tata boga. Semua biaya kuliahnya ditanggung sendiri karena, ayahnya tak mampu.



Damar anak terakhir dari tujuh bersaudara. Hidupnya pas-pasan, membuat dirinya minder mendekati pujaan hatinya. Akan tetapi, kali ini tidak. Ia nekat mendekati seorang gadis bernama Dinar. Dia gadis dari keluarga terpandang. Dinar merupakan mahasiswa yang sama dengan Damar.



Damar sadar. Ia tak akan bisa menggapainya. Terlalu tinggi dan sempurna. Damar berusaha melupakan Dinar. Menganggap perasaannya biasa saja. Sayangnya, begitu sulit melupakan.


Suatu hari di koridor kampus ….




"Maaf." Dinar tak sengaja menyenggol Damar.


Buku yang dibawa Damar terserak di lantai. Ia sadar siapa pemilik suara itu. Mereka pun, melempar senyum.



"Tak apa …." Degup jantungnya seperti konslet. Bergetar hebat.


"Oh, Tuhan. Inikah yang dinamakan jatuh cinta dalam diam?" Batinnya mabuk.


"Kenalin. Namaku Dinar." Dinar mengulurkan tangannya.



Damar menyambut dengan gembira. Bak gayung bersambut. Pucuk dicinta ulam pun, tiba. Assek!


"Siapa namanya?" tanya Dinar.


"Bahrun. Eh, Damar." Ia melepaskan jabatan tangannya.


Damar terlihat bodoh. Dia tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Beribu-ribu kupu-kupu menari di hatinya. Ia sedang berseri-seri. Pipi memerah bagai kepiting rebus. Memanas!



Awalnya jantung Damar masih berdetak normal seperti biasanya. Namun tiba-tiba, pertama kalinya Dinar berbicara kepada Damar. Rasanya, jantung siap-siap lepas dari tempatnya seperti tupai loncat ke dahan satu dengan dahan lainnya.


Sejak pertemuan itu, Damar dan Dinar makin intens. Dan suatu sore di taman kota ….



"Kapan menikahiku?" ucap Dinar menunduk.


"A--abang ---,"


"Lamar aku. Besok malam aku tunggu di rumah bersama kedua orang tuaku. Jika Abang tak datang, hubungan kita berakhir."



Damar terhenyak. Bagaimana ini?


Damar bingung. Bagaimana tidak? Speser pun, ia tak punya uang demi Dinar, ia nekat untuk melamar dengan modal pas-pasan.


Malam yang ditunggu telah tiba. Damar melamar Dinar. Kedatangan Damar disambut langsung oleh kedua orang tua Dinar, tak ada barang hantaran maupun, cincin sebagai pengikat hubungan.

Lihat selengkapnya