Andrea POV
Baru beberapa hari mengenal Agoy aja, gue udah bisa menilai kalo Agoy adalah kriteria sahabat yang sangat baik. Agoy juga sangat pintar dan cerdas, ia sangat pintar berdialektika ketika membahas banyak hal, termasuk ketika berargumen tentang isu yang ia sukai, politik dalam dan luar negeri. Kedekatan kami juga semakin menjadi-jadi karena ia banyak sekali membantu gue dalam mengerjakan tugas.
Dimana pun tempatnya, kapan pun waktunya, bersama Agoy adalah sesuatu yang mengasyikkan dan menyenangkan buat gue. Berdebat dengan Agoy adalah sesuatu yang selalu mengasyikkan, apapun topiknya, mulai dari isu internasional hingga topik recehan seperti mendebatkan mana rasa juice yang lebih enak antara greenbooster atau orangebooster.
Agoy POV
Gue nggak pernah tau apa impresi Andrea tentang gue selain katanya bahwa gue adalah seroang yang sangat pengertian, peka, dan pendengar yang baik. Gue nggak pernah berani nanya hal terkait impresi di luar konteks persahabatan pada Andrea, karena gue takut jawabannya nggak sesuai dengan yang gue harapkan. Hal yang bisa gue lakukan cuma melakukan hal-hal apapun yang bisa membuat Andrea senang, apapun itu.
Bagi seluruh penggemar buku terutama buku import, big bad wolf selalu memanjakan para wolfies sebagai pelanggan setia BBW, Andrea adalah salah satu penggemar event tersebut.
Tuhan seperti berpihak dengan gue, hari itu, gue melihat post event BBW yang hanya diselenggarakan selama 5 hari di Jogjakarta, dan hari ini adalah hari terakhir. Gue secara iseng lalu mengajak Andrea untuk pergi ke Jogjakarta demi mendatangi event tersebut dengan motor gue. Awalnya gue nggak berharap banyak, kalau dia menerima ajakan gue, tentu akan senang bukan main, bisa day-trip sama perempuan yang gue suka ke Jogja. Tapi kalaupun Andrea menolak, it is not a big problem karena gue tau emang ide gue cukup gila untuk mengajak Andrea ke Jogja dengan waktu semendadak ini dan harus naik motor.
Waktu gue spontan menawarkan itu pada Andrea lewat telepon, jawaban dia justru membuat gue nggak nyangka juga, “Goy, kok lo tau sih kalo gue juga pengen ke BBW? Gue pengen banget ngajak lo kesana tapi takut lo nggak mau karena jauh.”
See? Andrea emang nggak pernah bisa ngungkapin secara langsung apa keinginannya, bahkan keinginan yang sangat ingin ia dapatkan.
Maka tanpa berpikir panjang, 45 menit setelah gue dan Andrea sama-sama bersiap-siap, kami berdua langsung pergi ke Jogjakarta.
Dua jam perjalanan dengan motor Semarang - Jogja sebelum akhirnya kami sama-sama tiba di lokasi diselenggarakannya BBW. Gue bisa melihat dengan sangat jelas betapa Andrea sangat bersemangat sebelum memasuki pintu hall. Gue juga senang bukan main hari itu, senangnya bukan karena gue akhirnya bisa ke BBW, tapi karena gue bisa mewujudkan apa yang Andrea mau dan hal itu membuat dia sangat senang.
Gue selalu memperhatikan kemana Andrea berjalan menyusuri rak demi rak yang ada. Hallnya memang cukup luas karena buku yang dijual nggak cuma puluhan atau ratusan, tapi ribuan. 2 jam terlewati sangat cepat hingga akhirnya keranjang Andrea udah setengah penuh terisi beberapa buku, setengah jam terakhir gue melihat Andrea yang selalu berkeliling di antara rak buku bagian fiksi, gue lalu menghampirinya dengan pertanyaan, “Lo nyari apa sih dari tadi di rak fiksi terus?”
“Novel Alice in Wonderland. Tapi nggak ketemu, Goy.”
Gue tertegun sebentar sebelum akhirnya membantu Andrea mencari di antara ratusan buku di bagian fiksi. Sekitar 20 menit berkeliling, nggak juga satu pun buku dengan judul Alice In Wonderland gue temukan, baik itu novel, graphic novel, atau bahkan coloring book-nya.
Andrea lalu pasrah dan mengajak gue menyelesaikan pencarian. Gue berakhir membeli 4 buku meski seharusnya 5, tapi gue kembalikan satu yang berbahasa indonesia dengan judul Madilog dan hal itu juga dipertanyakan oleh Andrea yang hanya gue jawab dengan, “Belum terlalu urgent, lagian buku bahasa indonesia bisa dibeli kapanpun di toko buku biasa.”
Sepulang kami dari Jogjakarta, gue emang ikut bersedih karena Andrea nggak dapet novel yang pengen banget dia beli, tapi hari itu gue tau kalo Andrea menyukai karakter Alice di karya fiksi Alice in Wonderland.
Hari itu, gue bahkan juga terkagum-kagum atas hal buruk yang dia lakuin dan baru gue tau kalo Andrea emang perempuan yang super-teledor.
Waktu itu kita berdua lagi di ATM center kampus dan dia tiba-tiba menghampiri gue di parkiran dengan mimik muka kesal.
Menyadari itu, tentu gue langsung bertanya, “Lo kenapa?”