Tok!!!
Tok!!!
Tok!!!
“Nak Ahmad ...,” suara Pak Zalil terdengar dari balik pintu.
‘Argghh! Masih jam berapa sih?’
Ahmad pun terlihat mengucek kedua matanya dan memandang jam yang ada di dinding kamarnya.
‘Ya Tuhan ..., masih jam tujuh? Mau apa sih bangunkan aku sepagi ini?’
Ahmad terlihat berjalan membuka pintu setelah merapikan wajah dan rambut seadanya.
“Ahmad, bagaimana tidurnya tadi malam? sepertinya wajah kamu terlihat begitu mengantuk pagi ini?” tanya Pak Zalil dengan nada penuh kasih.
“Iya, Pak. Saya sulit tidur tadi malam,” ucapnya sambil tersenyum malu.
“Saya berencana mengajak kamu ke kebun, tapi sebelum itu, mandilah, biar kita sarapan bersama lebih dulu!” ucap Pak Zalil yang kemudian pergi meninggalkan Ahmad.
‘Hah! Ngapain sih ke kebun? Emang mau panen? Huh! Lagi enak tiduran ....’
Kemudian Ahmad dengan malas meraih handuk dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah bersiap ia segera pergi menyusul meja makan, ternyata Bu Dinda dan Pak Zalil sudah duduk bersiap di sana.
“Mari Nak! Kita sarapan,” ucap Bu Dinda yang kemudian memberikan piring kosong kepada Ahmad.
Mata Ahmad terbelalak, ‘hanya nasi goreng, kerupuk dan telur dadar? Mengapa seperti ini menunya? Aku tak yakin perutku bisa menerima ini di pagi hari. Biasanya aku hanya makan burger, spageti atau beberapa cupcake buatan Mama untuk sarapan.’
Dengan penuh berat hati, tangan Ahmad meraih sendok yang ada di atas tumpukan nasi goreng bewarna warni itu. terlihat pecahan cabai bewarna merah dan potongan kecil daun sop bewarna hijau. Lengkap dengan bawang goreng dan irisan tipis tomat juga timun.