Menjemput Bidadari

Be Maryam
Chapter #10

Suara Tengah Malam

Selepas makan malam, Abah, Nur dan Ibu masih duduk di musala rumah. Mereka terlihat membuka alquran dan saling menyimak bacaan. Indah dan menenangkan, aku yang masih belum mampu membaca Alquran pun memilih untuk masuk kedalam kamar terlebih dahulu. Mungkin mereka paham keadaanku yang tak mampu membaca ini, hingga tak pernah keluar kata-kata dari mulut Ibu ataupun Abah untuk memintaku turut membaca Alquran.

Secara bergantian Abah dan Ibu membaca, sambil sesekali diperbaiki bacaannya oleh Nur. Suara Nur yang indah dan lembut saat mencontohkan membuat hatiku kembali berdetak kencang. Aku yang kini sedang terbaring di atas ranjang pun mencoba untuk duduk, mencoba menormalkan detak jantungku. Namun sayang, selama suara Nur masih terdengar, jantungku akan terus berdetak kencang tak beraturan. Aku pun memutuskan meraih guling dan menutupi kedua telingaku. Hingga akhirnya suara lantunan ayat dari mulut mereka pun tak lagi terdengar.

Tetapi kali ini hatiku menjerit, menjerit memintaku untuk segera membuka telinga. Hatiku memaksa kedua tanganku untuk menjauhkan guling itu dari kedua telingaku. Aku lemah, kubiarkan hatiku mendengar lantunan ayat yang mereka bacakan. Kembali lagi jantungku berdenyut kencang. Bingung! Aku benar-benar bingung dengan diriku. Sepertinya aku harus terbiasa menahan kuatnya detak jantung ini. mau bagaimana lagi, bukankah ini rumah mereka, aku hanya menumpang. Maka aku harus bisa menahanya, paling tidak untuk sebulan, karena Nur hanya akan berada sebulan di rumah ini.

Suara lantunan ayat pun akhirnya berhenti. Mungkin mereka telah selesai membacanya. Tak beberapa lama kemudian aku mendengar suara Abah yang mengucapkan kalimat takbir. Aku heran, jam berapa sekarang? Mengapa Abah melakukan salat kembali? Salat apa lagi ini? jam sepuluh malam, aku tak salah melihat.

Aku pun memutuskan bangkit dan mengintip dari pintu, melihat jauh ke arah musala. Benar saja, Abah, Ibu dan Nur kembali melakukan salat. 

Ya Tuhan ..., salat apa lagi mereka? Mengapa aku tidak dipanggil? Apa aku tanyakan saja besok kepada Abah? Tapi, betapa malunya aku jika aku bertanya langsung. Tetapi ..., ah sudahlah, aku coba cari saja buku mengenai salat di ruang baca.

***

Lihat selengkapnya