Bertemu Kembali
Hari ini aku, Mama dan Papa akan melakukan perjalanan menuju rumah Abah. Berjuta rasanya, bahagia bisa kembali menemui Abah dan Ibu, namun malu dan takut jika nanti bertemu Nur. Aku benar-benar tak bisa mengendalikan diriku, berulang kali hatiku mengucapkan istighfar dan memohonkan ketenangan kepada Allah, namun hanya hatiku yang tenang, rasa-rasa itu tetap saja menghantuiku.
“Yon, kamu tidak salah jalankan?” tanya Papa yang duduk di sebelahku.
“Enggak, kok Pa. Emang agak jauh kedalamnya, tapi sebentar lagi sampai, kok,” ucapku.
“Ma, Mama masih ingat jalan daerah sini, enggak Ma? Apa hanya perasaan Papa?” tanya Papa kepada Mama sambil melihat ke daerah sekitaran jalan.
“Iya, Pa. Sepertinya benar yang Papa bilang, enggak salah lagi, deh,” jawab Mama yang juga ikut melihat ke daerah sekitaran.
“Mama dan Papa bahas apaan, sih?” tanyaku bingung.
Mobil pun akhirnya tiba di depan rumah Abah. Kami pun melangkah masuk dengan tangan dipenuhi buah tangan untuk keluarga Abah.
“Assalamu alaikum,” ucapku sambil mengetuk pintu rumah Abah.
“Walaikumsalam,” pintu pun terbuka, ternyata Nur yang membukanya.
Aku terdiam, jantungku berdegup begitu kencang. Aku, tak bisa berkata apa-apa. Wajah Nur yang tertunduk mempersilahkan kami masuk yang kemudian pergi setelah meminta kami untuk duduk.
“Yon, itu wanita yang kamu bilang, sayang?” tanya Mama.
“Hah! Eh, iya, Ma,” ucapku gugup.
“Mama ini, emang Mama enggak bisa lihat, anak kita langsung salah tingkah dan tak bisa berkata-kata saat di depannya?” ledek Papa kepadaku.
Aku hanya diam, kuremas kuat jari jemariku, berharap rasa gugup ini segera hilang.
“Assalamu alaikum,” ucap Abah dengan senyuman yang meneduhkan.
“Walaikumsalam, Bah. Apakabar? Saya kangen,” ucapku yang kemudian memeluk Abah setelah mencium tangannya.
“Alhamdulilah, Nak! Abah dan Ibu juga kangen pada kamu,” ucap Abah dengan tangan menepuk lembut tanganku.
“Kamu?” ucap Abah kaget.