Menjemput Matahari Terbit

Dewangga Putra
Chapter #5

BAB 5 - MENJEMPUT (KEMBALI) MATAHARI TERBIT

Tiga tahun berselang, terik matahari belum juga menerangi kamar Tiwi yang gelap. Jam dinding yang terletak di seberang ranjangnya menunjukkan pukul setengah enam pagi. Dari lantai bawah, ayahnya memanggil, meminta Tiwi untuk bersiap-siap. Suara itu terdengar samar di keheningan pagi yang masih sepi.

Dengan hati yang berdebar-debar, Tiwi beranjak dari tempat tidur dan merapikan kembali barang-barang yang sudah dikemasnya sedari kemarin. Tiwi pun bergegas memasukkan barang-barangnya di bagasi mobil. Dari kejauhan, Tiwi melihat Raya berdiri di halaman belakang rumah mereka yang hanya terpisahkan pagar sebahu, menunggunya dengan senyum hangat di wajahnya.

"Raya!" panggil Tiwi sambil berlari mendekat.

Raya membalas sapaan dengan senyuman. "Hai, Tiwi. Aku tahu hari ini adalah hari keberangkatanmu.”

Tiwi dengan penuh perhatian menanyakan kabar terbaru tentang Raya dan ayahnya. Raya tersenyum dengan lega saat menjawab, "Ayahku tidak pernah lagi melakukan kekerasan terhadapku, Tiwi. Dia sudah mulai belajar mengontrol emosinya. Dan, perekonomian keluarga kami juga mulai membaik.”

Tiwi merasa sangat bahagia mendengar kabar tersebut. "Aku sangat senang mendengarnya, Raya. Kau dan ayahmu telah melewati begitu banyak hal, dan kini semuanya tampaknya berjalan lebih baik.”

Raya mengangguk, matanya berbinar penuh harap. "Ya, Tiwi. Semuanya terasa seperti keajaiban. Dan aku bersyukur kalian selalu ada di sampingku dalam setiap langkahku."

"Dan, keputusanku sudah bulat. Aku akan melanjutkan studi di Fakultas Teknologi Informasi di universitas di kota kita," jelas Raya kembali dengan bersemangat.

Tiwi menjabat tangan Raya erat-erat. "Aku begitu bangga padamu, Raya. Aku yakin kamu akan sukses di sana.”

Raya membalas ucapan Tiwi dengan hangat. "Terima kasih, Tiwi.”

Lihat selengkapnya