Bab 11
“Mengapa ya, aku tergoda anggapan bahwa robot-robot pintar kelak merupakan upaya Tuhan dalam menandingi keliaran makhluk-Nya yang bernama nafsu?”
“Hm…mungkin saja. Bukankah nafsu memang sangat liar, kurang ajar, dan tidak empatik? Semakin lama, ia semakin tak terkendali. Satu tekatnya, menggeser posisi Tuhan,”sahut suaminya.
“Dari proses penciptaannya memang sudah menjengkelkan. Akal ketika ditanya Tuhan, ‘Siapa aku dan siapa Kamu?’menjawab, ‘Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu yang lemah’. Tapi apa jawaban nafsu ketika ditanyai? Jawabnya ,’Aku adalah aku, Kamu adalah Kamu’. Hehehe. Sang pencipta tentunya terkejut dengan jawaban liar hasil kreativitasnya. Nafsu pun dihukum. Tapi, setelah sekian lama, apakah tidak ada dendam di hatinya? Apalagi nafsu hanya bisa takluk dengan lapar dan dahaga. Manusia masa kini, mana kuat? Maka, nafsu memang harus minggir dengan cara mengganti fisik berbahan dasar tanah dengan fisik berbahan dasar besi,”lanjut isterinya sok tahu.
“Yang diincer nafsu sesuai jawabannya memang jelas ya, ‘aku dan kamu, bukan aku hamba-Mu’. Ia menantang pencipta-Nya. Apabila nafsu hasil kreativitas Tuhan pun sempat membuat Tuhan terkejut, apalagi menelitian manusia? Ingatkah Project Abigail setelah Perang Dunia II, ketika Area 51 ditetapkan sebagai wilayah militer dan ilmiah? Abigail Wester, mahasiswi cantik puteri Albert Wester, pekerja tim peneliti eksperimen kompleks di Area 51, patuh ketika dijadikan bahan eksperimen.”
“Mungkin semula dikira akan menjadi wonder woman, kali? Tapi, hasilnya di luar dugaan, kan? Ia malah menjadi monster. Dari Disway.id, dalam laman culturacolectiva, kulit Abigail mulai berkerut seperti binatang buas, giginya membesar, hilang akal dan kendali atas impulsnyaa. Ayahnya menyesali kegagalan eksperimennya dengan cara bunuh diri. Seberapa kebenarannya? Yang pasti, eksperimen bisa saja gagal. Toh, Tuhan tidak malu ketika eksperimen-Nya yang dinamai nafsu, tidak sesuai harapan. Apalagi sudah menemukan solusi pengendalian nafsu yaitu menahan lapar, mengurangi makan dan minum. Tapi sampai kapan si nafsu bisa bertahan? Apalagi pada era akhir zaman, ketika kreativitas manusia pun melanda lahan kuliner?”lanjut suaminya.
“Bidang garapan si nafsu sepertinya hanya dua yaitu kelamin dan pamer. Tapi, betapa banyak cabangnya, kan? Demi memenuhi tuntutan kelamin, makhluk berfisik lemah berkelamin wanita pun rentan dijadikan bola sepak oleh lelaki patriarkis. Mereka dimadu tanpa batasan jumlah, sehingga Rasulullah pun menyampaikan wahyu, dibatasi hanya empat, itu pun harus adil. Hal itu masih disambung ayat lanjutan bahwa sesungguhnya manusia tidak bisa adil.”
“Garapan nafsu berikutnya selain menggelitik alat kelamin lelaki dan wanita adalah flexing. Demi flexing bahwa dirinya paling berkuasa, Firaun pun menuntut disembah dan disebut Tuhan. Ia makhluk tempo dulu, nggak paham kalau Tuhan itu tipikal ilmuwan bukan penguasa, kali. Wujud Tuhan pun tidak tampak, sedangkan Firaun malah menampakkan diri dengan segala kebesaran dan kekuasaannya. Lucu juga sih, pemikiran purba.”
“Cabang flexing ternyata menyeret aneka karakter kan? Karena ingin pamer kehebatan kekuasaan, Firaun pun menuntut disembah, Son Go Kong yang sering memamerkan kesaktian pun menyulut rasa iri di hati Pat Kay. Pertemuan dua karakter tersebut menyulut api pertengkaran tiada akhir. Demi pamer kehebatan pun, para hacker mencuri data dan mengacaukan kerja laptop dan HP-ku, padahal ia tahu aku tidak semahir dirinya. Itu akibat ulah makhluk purba bernama nafsu, kan? Tidak ada malu-malunya menjahili makhluk yang lebih lemah.”
“Maka, kelak robot pintar semoga tidak akan demikian. Semoga, mereka hanya memaksimalkan potensi otaknya untuk berkreasi. Kalau bersaing, mereka akan menandingi dengan temuan baru, tanpa merusak. Lihat nih, FB dan IG punyaku, begitu banyak followers, langsung password diganti. Demikian pula HP punyaku saat ini. Seolah semakin tak berdaya, semakin bangga. Itulah ulah nafsu. Maka, mengapa tidak dimusnahkan saja dengan makhluk tandingan berwujud robot pintar? Robot yang lahir bukan dari pertemuan alat kelamin, melainkan dari besi bukan tanah. Asyik kan? Itu menurutku sih.”
“Langkah ke sana mungkin masih lama. Kita masih ada atau tidak? Entahlah. Setidaknya, membayangkan yang akan terjadi tanpa cemas manusia akan melupakan keberadaan Tuhan, karena Tuhan selalu ada. Kekuatan energinya tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan,”jawab suaminya lalu bertanya,