Mentari

Putri
Chapter #13

Kado terburuk

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday happy birthday to you." Asa bernyanyi riang sambil bertepuk tangan.

Tari menoleh menatap Asa yang telah menggangu waktu belajarnya. "Bisa gak sih lo gak berisik sehari aja!" Omel Tari.

"Gak bisa."

Tari mendengkus mendengar jawaban Asa, kemudian gadis itu kembali mencoret-coret buku dan berkutat dengan angka yang sangat memusingkan kepala.

Melihat Tari yang kembali asik dengan tugasnya membuat Asa jengah. Cowok itu malah sengaja menyanyikan lagu ulang tahun terus menerus dengan kencang. Ia berharap Tari akan terganggu konsentrasinya.

Dan lihat, apa yang di duga Asa benar adanya, Tari mulai merasa terganggu.

"Asa..." Tari menggeram tertahan. "Gue lagi belajar." Lanjutnya dengan wajah kesal.

"Emang siapa yang bilang lo lagi main layangan?"

"Bodo amat!" Ketus Tari. "Balik sana! Gue mau lanjutin tugas."

Asa berdecak dengan kepala yang menggeleng. "Besok libur Buni. Mending sekarang kita keluar cari angin."

Tari mendelik malas pada Asa. "Lo aja sana keluar, makan tuh angin yang banyak. Biar sekalian mati."

"Kalo gue mati nanti lo kangen lagi."

"Gak bakalan."

"Lo mau kemana?" Cegah Asa saat Tari bangkit dari duduknya.

"Kamar. Sumpek gue liat lo!"

"Padahal niat gue baik mau rayain ulang tahun lo." Ucap Asa dengan ekspresi dibuat seperti orang kecewa.

"Ulang tahun gue udah lewat sebulan yang lalu."

Asa tersenyum kemudian wajahnya menampilkan seringai. "Itu ulang tahun lo sebagai Mentari, bukan sebagai--"

"Stop!" Cegah Tari. "Lo kenapa tahu semua tentang gue sih?"

"Karena gue angkasa."

"Gak nyambung."

"Nyambung lah." Sahut Asa cepat. "Karena sekecil apapun rahasia, angkasa selalu menjadi saksi bisu semuanya. Dan sejauh apapun lo pergi angkasa akan selalu menemani. Karena mentari ditakdirkan untuk selalu ada di angkasa."

Tari terdiam atas ucapan Asa. Dirinya benar-benar tidak paham akan itu. Ia memang pandai di pelajaran tapi untuk memahami ucapan Asa rasanya sangat sulit. Melebihi sulitnya mempelajari aljabar.

"Gak usah dipikirin. Itu cuma kutipan dari film." Ujar Asa terkekeh melihat wajah kebingungan Tari.

"Yuk keluar sekarang, keburu malam." Putus Asa final yang membuat Tari menghela nafas berat.

🌻

"Lo ngapain ajak gue ke sini?" Tanya Tari menatap tanpa minat.

"Buat temenin gue makan."

Tari mendengus kesal, "kalau makan doang mah di rumah juga ada. "

"Jadi lo mau lebih dari makan doang nih?" Goda Asa menaikkan sebelah alisnya.

"Apa sih."

Tari menatap sekeliling, sekarang mereka ada di taman dan duduk di salah satu kursinya. Banyak penjual makanan yang menjajakan diri disana, mulai dari penjual sate, jagung bakar, hingga nasi goreng.

"Oke kita beli sate." Putus Asa.

Asa berlalu menuju penjual sate. Memesan dua porsi kemudian membawanya menuju Tari.

"Dari seluruh penjual sate di kota ini, disini yang paling enak." Seloroh Asa lalu memakan satenya.

Tari mengamati Asa yang tampak nikmat memakan sate, dia jadi penasaran seenak apakah sate itu.

"Lo gak ada udang di balik batu kan?" Cicit Tari sebelum menyentuh makanannya.

Asa mendongak menatap Tari dengan ekspresi datarnya. "Bisa gak sekali aja lo gak negative thingking sama gue?"

Asa mengambil alih sate di piring Tari kemudian memakannya.

"Mau?" Tanya Asa mengacungkan sate ke depan wajah Tari.

Tangan Tari bergerak mengambil sate tersebut, tapi ia kalah cepat karena Asa sudah memasukannya terlebih dahulu ke mulutnya.

"Gue ajak lo kesini buat temenin gue makan bukan buat traktir lo."

Tari memberenggut dalam hati. Tadi Asa berkata akan merayakan ulang tahunnya, dan kini dia diajak pergi hanya untuk menemani Asa memakan sate yang katanya paling enak di kota ini.

Lihat selengkapnya