Mentari

Putri
Chapter #14

Kisah Asa

"Brengsek!" Desis Aldi mencengkram kerah baju Asa erat.

Asa menghempaskan tangan Aldi dari bajunya. "Apa-apaan sih lo."

"Lo gila?"

"Kenapa?" Tanya Asa balik.

Aldi mengusap wajahnya berulang kali. Tatapannya terlihat frustasi. "Dia cewek, gak seharusnya lo tampar dia sampai empat kali."

Asa kini memang tengah berada di rumah Aldi. Setelah kejadian di taman ia memilih mendatangi Aldi dan menceritakan semua yang terjadi. Aldi adalah sahabat sekaligus teman sebangkunya yang paling ia percaya.

"Itu pantas buat dia Al."

Aldi menggeleng tidak percaya dengan jalan pikir temannya ini. "Biar gimana pun dia tetap cewek. Semarah apapun lo sama dia, gak seharusnya lo main tangan."

Asa menoleh menatap tidak suka pada Aldi. "Tapi dia yang mulai duluan."

"Dia cuma sekali dan lo empat kali. Apa itu adil?"

"Itu hukuman yang pantas buat dia." Jawab Asa tetap tidak mau disalahkan.

"Terlepas pantas atau enggak lo gak bisa tentuin." Aldi berhenti sejenak berusaha mengontrol emosinya. "Jangan karena perceraian kedua orang tua lo, bikin lo cari kambing hitam seperti sekarang."

Asa menghela nafas berat sebelum akhirnya membuka suara. "Tapi dia salah satu penyebab hancurnya rumah tangga orang tua gue Al."

Aldi menggeleng, "dia gak salah Sa, perceraian kedua orang tua lo itu takdir dan dia gak ada andil di dalamnya."

Asa menoleh menatap Aldi dengan pandangan memicing. "Lo gak tahu apa yang gue rasain Al." Asa berucap lirih kemudian menatap langit-langit kamar Aldi yang berwarna hitam. "Keluarga lo sempurna beda jauh sama gue yang broken."

"Dulu hidup keluarga gue bahagia, sebelum akhirnya nyokap dia datang dan menghancurkan segalanya."

"Mereka merebut semuanya dari kita. Awalnya kita bisa terima sampai akhirnya bokap mulai marah-marah gak jelas dan main tangan sama nyokap."

Asa menerawang mengulik kembali kisah masa lalunya. Hingga senyuman getir tercetak di wajahnya. "Dia buat kedua orang tua gue cerai, sampai nyokap frustasi dan stress. Dia hancurin keluarga gue, apa gue bisa gak salahin dia?" 

Aldi diam tidak menjawab pertanyaan Asa.

"Apa untuk satu kebahagiaan harus menghancurkan kebahagiaan orang lain Al?" Asa kembali bertanya membuat Aldi bungkam untuk kedua kalinya.

Aldi paham betul apa yang dirasakan Asa. Ia pun ikut merasa sakit atas semua masalah yang menimpa sahabatnya itu. Tapi ia tetap tidak bisa membenarkan sikap Asa yang kelewat batas.

Mungkin Aldi akan bisa menerima jika lawannya itu adalah sesama laki-laki tapi ini yang ia hadapi perempuan, dan tampaknya Asa tidak bisa membedakan bagaimana bersikap kepada perempuan.

Aldi pastikan ia akan membuat Asa menyesal karena telah berbuat kasar. Tapi tidak untuk saat ini, sekarang Asa sedang terpuruk ia harus menemani sahabatnya itu.

"Ada kalanya sebuah kebahagiaan diraih karena menghancurkan kebahagiaan yang lain. Tapi lo harus percaya gak akan pernah ada orang yang mau menghancurkan kebahagiaan orang lain."

Lihat selengkapnya