MENTARI

ELmahira
Chapter #5

Jiwa pecundang ku

Badan ku terasa kaku sekujur. Suasana menjadi gemuruh. Karna semua teman sekelas ku memberi ucapan pada Putri sambil menggembor-gemborkan nama nya. Aku merasa hilang selera sekolah ku hari ini. Aku kecewa dengan teman sekelas ku dan juga bu Nadia.

Hingga aku pulang ke rumah. Aku masih memikirkan kejadian yang menyebalkan tadi di kelas ku. Aku merasa sangat malu karna untuk pertama kali nya aku tak menjadi ketua di kelas ku. Biasanya aku makan paling awal, sekarang aku tidak merasa lapar sama sekali. Ayah ku sampai menanyakan kenapa aku tidak nafsu makan? Aku hanya mengatakan jika gusi ku sakit. Aku berbohong demi menutupi kekesalan hati ku hari ini.

Aku keluar rumah mencari udara segar. Aku merasa seakan aku adalah pecundang yang kalah dengan saingan baru. Saingan yang selalu aku bantu di setiap kebutuhan sekolah nya. Aku benci Putri untuk ke sekian kali nya.

"Ri, tadi di kelas mu si Putri jadi ketua kelas ya?" Tanya mbak Naura yang datang entah dari mana

Aku diam saja tak menjawab dan asyik mengayunkan ayunan ku di bawah pohon jambu.

"Kamu pasti iri sama Putri." Ucapnya yang semakin menyebalkan.

Sejujurnya ini bukan soal iri atau tidak. Namun tentang harga diri ku selama empat tahun di sekolah. Entah mengapa aku sangat egois dan tak bisa menerima kekalahan sedikitpun terutama pada Putri.

"Adikmu gusi nya sakit ra, jangan di ganggu." Ucap ibu membela ku.

Aku hanya melirik sinis pada mbak Naura. Aku marah karna dia membawa-bawa masalah di kelas ku ke rumah. Aku tak mau ibu dan ayah sampai salah faham padaku. Aku sering di marahi kedua orang tua ku karna aduan dari mbak Naura. Jika saja kali ini dia macam-macam padaku. Maka aku akan mengambil surat nya lagi dan ku tunjukan pada ayah dan ibuk.

Hingga jam dua siang. aku masih duduk di ayunan ku tanpa beranjak kemana pun. Perutku terasa sangat lapar. Semakin aku mengingat Putri, semakin pula kepala ku pusing dan rasa keroncongan di perut ku kian menjadi.

Aku mengambil nasi dan duduk di meja makan yang sebenarnya bukan lah meja makan. Hanya saja aku menamai nya karna aku ingin punya meja makan seperti orang kaya kebanyakan.

"Ayah kemana?" Tanya ku pada ayah yang berlalu di depan ku

"Ke sawah. Kenapa ri?"

"Tari ikut yah, tungguin Tari yah ... " Ucap ku yang penuh nasi di dalam mulut ku karna takut di tinggal ayah ke sawah.

Lihat selengkapnya