Hatiku merasa tidak tenang ketika aku melewati depan rumah Putri. Aku merasa takut jika nenek nya akan memarahi ku. Ku langkahkan kakiku sejurus gak cepat dan terus menatap ke depan. Rasanya seperti berjalan di atas bara api. Entah mengapa jalanan di depan rumah Putri terasa sangat panjang. Aku tak sabar agar cepat sampai di rumah.
Aku menarik nafas lega. Akhirnya aku tidak terkena omelan dari nenek Romlah karna mengusir cucu nya dari tempat duduk ku.
"Teman mu, cucu nya nenek Romlah tadi pulang dari sekolah nangis katanya. Kenapa?" Tanya ibu yang menginterogasi ku sambil mengambil nasi di meja.
"Nggak tau buk." Jawab ku panik
"Masak kamu nggak tau ri? Kan kamu satu bangku sama dia."
"Sekarang udah enggak lagi buk,"
"Loh kenapa?"
"Aku nggak suka sama Putri. Orang nya nyontek terus,"
Aku menyangkal sebisa mungkin agar ibuk tidak menuduh ku yang tidak-tidak. Meski kenyataan nya aku lah penyebab Putri mengangis.
"Mentari, belikan ibuk minyak gih di warung." Ucap ibu.
Aku berjalan menuju warung tanpa banyak berfikir ini itu. Tiba-tiba aku merasa sangat takut ketika aku melihat Anton, kakak nya Putri juga sedang berada di depan warung. Aku bingung harus melanjutkan membeli minyak, atau kah aku berbalik arah ke warung lain.
Anton sudah terlanjur melihat ku membawa botol minyak. Namun Aku pura-pura tak menghiraukan keberadaan Anton saat itu. Aku hanya fokus memanggil pemilik warung. Kelihatan nya Anton sedang menunggu seseorang di atas sepeda onthel nya. Oh, ternyata Anton adalah teman dari anak pemilik warung ini.
Pemilik warung melayani ku dengan sangat lambat. Aku tak sabar untuk segera pergi dari tempat ini, aku tidak nyaman dengan keberadaan Anton disini. Tiba-tiba anak pemilik warung menanyai ku.
"Kamu kan yang nama nya Mentari?" Aku langsung deg, dibuat nya.
"Sok tau." Jawab ku sambil berlalu tanpa memperdulikan nya lagi. Aku takut Anton memarahiku karna telah membuat adiknya menangis. Sungguh hari-hari ku penuh dengan ancaman semenjak Putri ada di kampung ini.
____
"Tari !!! Tari !!!"
Aku melongo keluar rumah.
"Ada apa?" Tanya ku pada Raka dan Acil (nama aslinya Andi)
"Tari, kita main yuk?" Ajak kedua nya.