"Sepeda Naura benerin yah, Tari pengen naik sepeda katanya." Ucap ibuk pada Ayah kala mereka selesai sholat magrib.
Ayah mengeluarkan beberapa peralatan untuk menambal ban sepeda yang bocor. Ibuk kebagian tugas membawakan senter sebagai penerangan ayah, karna memang ayah memperbaiki nya sudah jam tujuh malam. Sambil mendengarkan Radio, ayah dan ibu ku kompak mengurus keperluan ku. Aku merasa sangat lega. Kini kecemasan ku teratasi sudah. Tinggal memikirkan persiapan untuk esok pagi.
Aku tidur nyenyak malam ini. Meskipun baru jam setengah delapan malam. Namun aku sudah pergi ke kamar untuk tidur.
"Tumben kamu tidur jam segini?" Tanya mbak Naura mengaget kan ku.
Aku hanya membalik kan badan memeluk guling kesayangan ku, tanpa memeperdulikan mbak Naura. Dia nampak mondar-mandir, seolah ingin melakukan sesuatu, namun terganggu karna keberadaan ku.
Mbak Naura merobek sebuah kertas dari tas nya, dan mulai menulis sesuatu. Ia menulisknya di pangukuan tanpa meletak kan kertas itu di meja. Aku pura-pura memjamkan mata. Sesekali aku mengintip apa yang sedang di lakukan kakak ku itu? Lama sekali mbak Naura menulis. Apakah dia menulis surat izin ke sekolah nya. Kenapa dia harus menulisnya di kamar? Setelah selesai menulis, ia melipat dan memasuk kan nya ke dalam tas sekolah nya. Ia keluar kamar dan makan malam sendiri an sambil menonton Tv.
Hingga pukul sembilan, ayah dan ibu baru selesai membetulkan sepeda mbak Nuara. Aku sangat beruntung memiliki kedua orang tua yang selalu menyayangi ku. Meski terkadang aku masih nakal dan suka membantah mereka. Namun ayah dan ibu ku tak pernah lelah dalam menasehati ku.
____
Selesai sarapan pagi aku langsung memeriksa kondisi sepeda onthel ku. Aku bersiap dengan semangat empat lima. Aku sengaja datang lebih awal ke lapangan bola. Raka dan Acil masih belum juga muncul. Sekitar lima belas menit aku menunggu di lapangan hijau, akhirnya mereka datang dengan Putri.
"Lama sekali sih." Gerutu ku pada mereka
"Ini, si Putri mandi nya lama banget." Jawab Raka sambil menunjuk ke arah putri.
"Ayok kita mulai." Ajak ku tidak sabar
"Sebentar, masih ada wasit nya." Ucap Acil sambil tersenyum licik
Wasit? Wasit apa ... Bukan kah ini hanya balap sepeda antara aku dan Putri? Mereka memang benar-benar aneh.